Rabu, 19 Januari 2011

psikoanalisis


KONSEP DASAR

            Psikoanalisis adalah suatu sistem psikologi yang ditemukan oleh Sigmund Freud. Berasal dari suatu metode untuk mengobati gangguan psychoneurotic, psikoanalisis berguna sebagai dasar umum teori psikologi. Menurut Ernst Kris (1950), Psikoanalisis mendefinisikan kealamiahan manusia dengan memandang dari poin yang menguntungkan dari konflik. Psikoanalisis memandang bahwa pikiran adalah ekspresi dari kekuatan konflik. Kekuatan tersebut bisa terjadi karena disadari ataupun tidak disadari. Psikoanalisis menekankan pada pentingnya kekuatan ketidaksadaran dalam kehidupan mental. Prinsip dasar dari teori psikoanalisis adalah bahwa psikologi manusia menguasai dengan kecenderungan untuk mencari kesenangan atau menghindari rasa sakit (Freud, 1911). Psikoanalisis merupakan suatu pendekatan yang dapat memberikan penjelasan secara ilmiah tentang neurosis dan sangat efektik dalam psikoterapi. Untuk beberapa bentuk gangguan mental psikoanalisis kurang bijaksana untuk digunakan.
            Jung lebih menekankan pada kematangan dan proses perkembangan. Jung menginterpretasikan tingkah laku manusia dari sudut pandang filsafat, agama, dan mistik.
            Adler mengemukakan bahwa konflik bisa ditentukan dari beberapa faktor seperti perasaan inferior dalam status sosial, keadaan fisik yang tidak mencukupi, kelemahan seksual, dan diskriminasi.   

SEJARAH

            Psikoanalisis diawali oleh tokoh Sigmund Freud (1856 – 1939). Dalam penelitiannya Freud menggunakan observasi klinis. Tulisan Freud tentang sejarah psikoanalisis adalah The History of The Psychoanalytic Movement (1914a) dan An Autobiographical Study (1925).

Beberapa perkembangan perjalanan penyusunan Teori Freud :
  1. Studies on Hysteria
  2. The Interpretation of DreamsS
  3. On Narcissism
  4. Papers on Metapsychology
  5. Dual Instinct Theory
  6. Structural Theory

Studies of Hysteria (1895)
            Sejarah psikoanalisis sebenarnya diawali oleh Josef Breuer, seorang dokter Viennese dengan penelitiannya dan berbincang kepada Freud tentang pengalamannya yang luar biasa dengan pasiennya (Anna O) yang mengalami gejala hysteria. Breuer melakukan observasi ketika dia menempatkan si pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri melalui hipnotis. Breuer menekan apa yang ada di pikiran pasien sehingga pasien menceritakan beberapa fantasi emosinya yang tinggi dan kejadian-kejadian dalam hidupnya. Kemudian Freud mencoba melakukan proses yang sama seperti yang dilakukan oleh Breuer kepada pasien yang lain dan mengkonfirmasikannya dengan Breuer. Lalu Freud merangkum penemuannya dan mempublikasikannya dengan judul Studies On Hysteria, dimana gejala hysteria dihasilkan dari banyak emosi yang tertahan dan berhubungan dengan memori-memori yang menyakitkan.

The Interpretation of Dreams (1900)
            Fase kedua dari penemuan Freud adalah “menebak” mimpi. Freud melakukan observasi terhadap pasiennya, dan ia menemukan bahwa mimpi tersebut adalah asosiasi dari neurosis pasiennya. Mimpi dan symptom memiliki struktur yang mirip. Keduanya adalah hasil dari kompromi antara 2 bidang dari konflik dalam pikiran, yaitu antara keinginan seksual yang tidak disadari pada masa kehidupan anak-anak dan aktivitas yang ditekan dalam pikiran. Prinsip dari teori ini adalah bahwa kehidupan mental menggambarkan suatu konflik yang tidak pernah berhenti antara alam sadar (conscious) dan alam tidak sadar (unconscious).

On Narcissism (1994)
            Freud melihat bahwa konflik utama dalam kehidupan mental seperti suatu perjuangan antara energi dorongan seksual (libido), yang mana langsung mengarah untuk melindungi semacam ego dan dorongan self-perservative. Sehingga dengan adanya fenomena ini maka kita bisa lebih memahami bentuk dari konflik antara energi libido yang menetap dalam diri dan energi libido yang yang menampilkan objek dari dunia luar.

The Metapsychological Papers (1915)
            Dalam makalahnya yang berjudul Repression (1915a) dan The Unconscious (1915b), Freud mencoba untuk mengumpulkannya menjadi satu konsep psikologi yaitu metapsikologi. Dimana menggambarkan proses mental dengan segala aspeknya – dinamika, topografi dan ekonomi.

The Dual Instinct Theory (1920)
            Dalam tulisannya Beyond The Pleasure Principle, Freud memperluas konsep dualistik dengan meneruskan ide tentang 2 naluri manusia yaitu libido dan agresi. Yang mana keduanya berawal dari semua prinsip biologi – suatu naluri untuk mencintai (eros) dan suatu naluri untuk merusak dan membunuh (thanatos).

The Structural Theory (1923)
            Untuk menjelaskan konflik psikis maka Freud merumuskan teorinya menjadi 3 bagian utama struktur kepribadian manusia yaitu id, ego, dan superego. Id adalah sifat yang sangat mendasar dalam diri individu. Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh satu kepentingan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Ego adalah sifat yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur antara dunia eksternal dan dunia internal individu. Dengan adanya ego maka individu bisa berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Superego adalah kode moral individu, apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls id. Superego mempresentasikan hal yang ideal dan mendorong bukan kepada kesenangan melainkan kepada kesempurnaan.    
           
STATUS SEKARANG

Sejak Freud, perkembangan dalam psikoanalisis sudah banyak dan bervariasi. Di bawah kepemimpinan Melanie Klein (1932), sekolah Inggris psikoanalisis muncul. Dia menekankan pentingnya kehilangan fantasi primitif (the depressive position) dan penyiksaan (the paranoid position) dalam patogenesis dari penyakit mental. Sekolah ini sangat berpengaruh di Eropa dan Amerika Selatan.
            Ketika serangan penganiayaan Nazi banyak analis Eropa yang terkenal pindah dari negara ini, Amerika menjadi pusat dunia untuk psikoanalisis. Figur pemimpin dalam perpindahan ini yaitu Heinz Hartmann, Ernst Kris, dan Rudolph Loewenstein. Kolaborasi ketiga orang ini mencoba untuk membentuk psikoanalisis sebagai psikologi umum. Mereka juga memperpanjang konsep Hartmann mengenai fungsi adaptif ego dan mengklarifikasi hipotesis dasar kerja yang memperhatikan drive dan perkembangan alat jiwa. Teori mereka digabungkan kontribusi yang tidak terhingga dari Anna Freud (1936, 1951) yang didapat dari studi mengenai long-term child development.
            Beberapa penulis menekankan pentingnya hubungan interpersonal (Sullivan, 1953) dan peran identifikasi dan perubahan kepribadian sejak lingkaran kehidupan (Erikson, 1968). Karen Horney (1940) dan Erich Fromm (1955) memiliki faktor ketegangan sosial, politik, dan budaya dalam perkembangan individu.
            American Psychoanalytic Association adalah yang terluas dan paling bergengsi dari perkumpulan psikoanalisis di Amerika Serikat. Terdiri dari hampir 2,500 anggota dan cabang. Terdiri dari 33 cabang perkumpulan dan sebagai pusat untuk pelatihan profesional psikoanalis di 26 institusi di Amerika Serikat.

KEPRIBADIAN
TEORI KEPRIBADIAN

Teori kepribadian psikoanalisis didasarkan pada sejumlah prinsip pokok. Yang pertama dan terutama adalah determinsm. Teori psikoanalisis mengasumsikan bahwa kejadian mental adalah tidak acak, serampangan, terjadi secara kebetulan, tidak berhubungan dengan fenomena. Pikiran, perasaan dan dorongan adalah kejadian dalam rantai yang secara kebetulan berhubungan dengan fenomena. Mereka hasil dari pengalaman terdahulu dalam kehidupan individu. Karena metode yang tepat dari pengusutan, hubungan antara pengalaman sekarang dan kejadian masa lalu tidak bisa dipungkiri. Kebanyakan dari hubungan ini adalah tidak sadar.
            Prinsip kedua adalah pandangan topographic. Setiap elemen mental dinilai menurut kemudahan untuk masuk pada kesadaran. Prosesnya dimana isi mental tertentu menghambat kesadaran yang disebut represi, upaya aktif untuk menjaga pikiran tertentu keluar dari kesadaran untuk menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan. Penyelidikan normal psikoanalisa dan fenomena patologis ditunjukkan peran penting kekuatan ketidaksadaran yang bermain dalam perilaku individu. Beberapa dari keputusan yang paling penting dalam sebuah kehidupan dapat ditentukan dengan motif ketidaksadaran.
            Pendekatan dasar yang ketiga adalah pandangan dynamic. Ini menyinggung pada interaksi libido dan dorongan agresif. Karena akarnya biologis, dorongan ini mempunyai kebebasan dan tidak secara teliti mengacu pada instink. Istilah yang benar dalam teori psikoanalisis, diterjemahkan dari Jerman, adalah drive.
            Pendekatan keempat untuk teori kepribadian disebut dengan pandangan genetis, asal-usul dari konflik nantinya, karakter trait, gejala neurotik dan struktur psikologis untuk kejadian penting dan keinginan pada masa kanak-kanak dan fantasi yang mereka bangkitkan. Pendekatan genetis bukan sebuah teori; ini sebuah penemuan empiris yang ditegaskan dalam setiap psikoanalisis. Pengaruhnya, keadaan dalam banyak cara, kita tidak pernah melalui masa kanak-kanak kita.
            Kepribadian melibatkan interaksi antara faktor biologis yang melekat dan pergantian pengalaman. Apaun yang terjadi pada individu- penyakit, kecelakaan, perampasan, penyiksaan, penggodaan, dengan bebas- dalam beberapa cara akan merubah asalnya dan akan berkontribusi terhadap penentukan akhir struktur kepribadian.

MACAM KONSEP

Tahap Oral
Tahap yang paling awal dari kehidupan instinktual adalah oral. Panjangnya tahap ini dari kelahiran sampai kira-kira 18 bulan. Sumber utama dari pusat kepuasan nafsu di sekitar pemberian makan dan organ-organ yang berhubungan dengan fungsi tersebut- mulut, bibir dan lidah. Kepuasan dari kebutuhan oral dalam bentuk bawaan kenyang tentang bagian kebebasan dari tegangan dan bujukan tidur. Banyak gangguan tidur terlihat menjadi berhubungan dengan fantasi ketidaksadaran dari nafsu oral (Lewin, 1946, 1949). Menggigit dan mengisap melayani kepuasan dorongan oral dan untuk ”menggali” dunia. Sejak tahap oral, orientasi dasar dari alat jiwa adalah mengambil jika merasa nyaman dan mengeluarkannya jika meras tidak nyaman. Menurut Karl Abraham (1924), orang kebutuhan awal oralnya tidak terpuaskan menjadi pesimis. Sebaliknya individu yang kebutuhan oralnya dipuaskan cenderung lebih optimis dalam memandang dunia.

Tahap Anal
Antara usia 18 bulan dan 3 tahun, sumber kesenangan utama berasal dari menahan dan mengeluarkan air besar. Pokok orientasi instinktual memperhatikan apa yang menjadi dipertahankan dan berharga untuk itu dan apa yang dibuang dan menjadi tidak berharga. Sejak tahap anal, ketertarikan pada proses tubuh, membau, meraba, dan bermain dengan tinja adalah yang tertinggi. Kejijikan yang ditunjukkan anak dan rasa malu anak berkonstribusi terhadap rasa yang rendah dari harga diri. Dalam reaksinya, anak dapat menjawab dengan keras kepala, tegas, suka melawan, dan menentukan yang menjadi kendali dari apapun yang terjadi pada dirinya. Karena pembentukan reaksi anak dapat mengatasi dorongan untuk mengotori dengan menjadi bersih sekali, terlalu banyak tepat pada waktunya, dan sangat hemat dalam merawat barang miliknya (Freud, 1917).

Tahap Phallic
Setelah tiga tahun, daerah utama kepuasan nafsu berganti pada genital. Bagi anak laki-laki dan perempuan, penis menjadi objek penting yang menarik dalam tahap phallic. Pada saat ini, clitoris, secara embryological disamakan dengan penis, mulai menjadi menarik untuk sensasi yang nyaman yang dibangkitkan oleh perangsangan. Beberapa kesadaran dari potensial kesenangan dari vagina timbul pada tahap ini pada banyak anak perempuan (Greenacre, 1967). Yang juga menonjol dalam tahap ini adalah keinginan exhibitionistic dan voyeuristic.
            Oleh waktu, anak-anak mencapai tahap phallic, mereka ditandai dengan kecepatan dalam kompleksitas struktur psikologis mereka. Orientasi dasar sejak tahap ini adalah karena banyak  yang lebih tajam dan sulit. Meskipun anak tetap pada dasarnya self centered, hubungannya dengan orang lain dalam lingkungan menerima susunan yang kaya. Mereka mencintai dan ingin memiliki orang yang memberikan mereka kesenangan; mereka membenci dan ingin menghancurkan orang yang berdiri pada jalan mereka dan menghalanginya. Mereka menjadi ingin tahu tentang perbedaan seksual dan tentang keaslian kehidupan dan dalam anak yang sederhana seperti cara berpakaiannya untuk menjawab pertanyaan penting ini. Mereka ingin mencintai dan dicintai, untuk dipuja dan menyukai pujaan mereka. Mereka membagi rasa kekuatan dengan merasakan satu dengan apa yang mereka idealkan. Sejak periode ini, anak dapat mempunyai keinginan permusuhan yang kuat dengan kegunaan penis sebagai alat untuk agresi. Ini memberi kenaikan untuk ketakutan yang kuat terhadap pembalasan, yang biasanya langsung melawan penis. Ini juga era penemuan perbedaan anatomis antara sexes, tahap dari dimana ketakutan pada genital wanita dan iri genital laki-laki.
            Tiga bentuk yang menonjol dalam perkembangan dorongan harus disebutkan di sini. Pertama adalah konsep autoerotism. Ketika keinginan kepuasan instinktual tidak datang, selalu mungkin bagi anak-anak untuk memuaskan dirinya dengan merangsang daerah yang tepat dari tubuh mereka, menggabungkan aktivitas dengan fantasi yang tepat. Ini melibatkan kedalaman bentuk yang lebih umum dari masturbasi masa kanak-kanak. Kedua, seperti individu melewati dari satu tahap libidinal ke yang lainnya, minat pada kepuasan dari tahapan yang mendahului adalah tidak diserahkan secara lengkap dengan kepuasan libidinal yang berturut-turut. Ketika ada yang kuat sekali dan attachment yang gigih untuk kepuasan libidinal dari objek infancy yang jelas, disebut fiksasi. Fiksasi biasanya tidak sadar dan sering ada sebagai fokus untuk gejala pembentukan nanti dalam kehidupan. Bentuk ketiga dari perkembangan libidinal secara potensial untuk regresi pengaktifan kembali dari atau kembali pada cara yang lebih awal dari kepuasan libidinal. Pengaktifan kembali regresif cara fungsi mental lebih awal adalah umum dan tidak perlu patologis. Biasanya regresi menggiatkan kembali beberapa dorongan libidinal anak-anak yang terlibat dalam proses fiksasi.

 

Tahap Laten

            Anak-anak pada fase ini dapat bersosialisasi dan dapat mengarahkan ketertarikannya pada dunia luar dimana proses pembelajaran menjadi lebih formal. Fase ini berlangsung hingga awal masa pubertas dan remaja. Perubahan yang terjadi pada masa ini sangat penting dalam membangun identitas masa remaja. Sebagai suatu hasil dari perubahan faktor fisiologis dan psikologis yang berpengaruh terhadap pemberian asumsi peran dewasa, konflik-konflik yang terjadi pada masa anak-anak akan timbul kembali. Selama remaja ada usaha untuk mengarahkan konflik yang timbul dari harapan-harapan masa anak-anak, yaitu melalui resolusi konflik yang berhasil, individu menggabungkan identitas dewasanya tentang peran seks, bertindak lebih bertanggung jawab, dan memilih pekerjaan atau profesinya.
Konflik dalam tahapan kehidupan merupakan bagian dari perkembangan normal individu. Ekspresi bebas dari suatu drive merepresentasikan konfrontasi utama dengan moralitas seseorang dan dalam keadaan itu akan menimbulkan respon superego yang kuat dalam bentuk rasa bersalah atau punishment diri. Hal itu memaksa ego untuk menengahi tuntutan yang dibuat id dan superego dengan mempertimbangkan kebutuhan realitas. Resolusi konflik intrapsikis yang tidak berhasil akan mengakibatkan neurotic illness dan neurotic karakter traits, inhibitions, penyimpangan seksual, dan pola perilaku neurotik atau sifat self-defeating.

PSIKOTERAPI
TEORI PSIKOTERAPI

Prinsip dan teknik dari terapi psikoanalisis didasarkan pada teori psikoanalisis tentang neurosis. Saat teori mengenai neurosis mulai berubah, begitu halnya dengan teknik terapinya ikut mengalami perubahan. Freud merasa bahwa gejala neurosis merupakan akibat dari emosi yang tidak tersalurkan yang dihubungkan dengan adanya penekanan terhadap ingatan traumatis dan pengalaman seksual masa kecil. Pada awalnya ia menggunakan hipnosis untuk membawa emosi katarsis dan reaksi dari taruma. Karena banyak pasien Freud yang tidak bisa dihipnotis, ia setuju dengan saran menghentikan hipnosis, teknik mengingat perkembangan dengan tekanan permintaan yang terus menerus dari terapis. Satu lagi, teknik ini menghasilkan artifak dalam bentuk fantasi seksual tentang masa kanak-kanak, dimana pasien disarankan terapis seolah-olah mereka ingat kejadian yang sebenarnya. Mengambil keuntungan dari konsep operasional barunya mengenai ketidaksadaran dinamis dan prinsip determinisme kekuatan batin. Freud mengurangi elemen dari saran untuk meminimalkan dengan teknik prosedur dimana ia meminta pasiennya untuk melaporkan secara bebas dan tanpa kecaman apapun yang datang ke dalam pikiran mereka. Demikianlah, teknik asosiasi bebas disusun.
Sejak periode ketika model topographic dari peralatan jiwa yang tertinggi dalam pikiran Freud, tujuan teknik yang terpenting, untuk membuat isi ketidaksadaran disadari. Hasil pasien yang diinterpretasikan menurut prinsip yang sangat serupa untuk digunakan dalam Interpretasi Mimpi. Penemuan yang paling mencolok Freud dibuat sejak periode ini yang transference, tingginya perkembangan sikap emosional pasien terhadap analis yang mewakili pengulangan keinginan fantasi individu yang memperhatikan objek dari masa lalu, disisipkan tanpa diketahui analis.

Proses Psikoterapi
            Standard teknis dari prosedur psikoterapi yang mempelajari fungsi dari ”mind” diketahui sebagai situasi psikoanalitik. Pasien diminta untuk berbaring dengan santai, menjauhkan pandangan dari analis kemudian pasien diminta untuk mengekspresikan dalam kata kata tentang apapun yang ia pikirkan, ia bayangkan atau yang ia rasakan tanpa distorsi, sensor, keragu-raguan ataupun prasangka. Terapi duduk di belakang pasien, mendengarkan dengan seksama, penilaian terapis sama sekali tidak diperbolehkan selama interaksi terjadi.

Teknik dan Prosedur Psikoterapi
         Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik masa lalu, yang dikenal dengan sebutan katarsis. Analis meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan apa yang melintas dalam pikirannya, betapapun menyakitkan , tolol, remeh, tidak logis, dan tidak relevan kedengarannya. Singkatnya dengan melaporkannya dengan segera tanpa ada yang disembunyikan klien terhanyut bersama dengan segala perasaan dan pikirannya. Cara yang khas ialah klien yang berbaring di atas sofa sementara terapis duduk di belakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasinya mengalir bebas.
         Interpretasi
Interpretasi adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi,  dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan terapis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri.
         Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk mengungkap isi ketidaksadaran dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
         Analisis dan Interpretasi Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelanngsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan sesuatu yang tidak disadarinya. Misal terlambat, lupa dengan jadwal terapi, kehilangan minat, atau kesulitan mengingat atau mengasosiasikan bebas selama terapi. Penafsiran analis atas resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi sehingga ia bisa menanganinya. 
         Analisis dan Interpretasi Transferensi
Analisis tranferensi mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Kadangkala hubungan antara klien dengan terapis merupakan sebuah refleksi atau tranferensi dari hubungan yang pernah ada pada kehidupan klien, misalnya pada usia tiga tahun klien mengalami konflik dengan orang tuanya, maka hal ini akan dialihkan pada terapis. Sehingga tugas terapis membantu klien untuk membantu memperbaiki perasaanya terhadap orang tuanya yang dialihkan kepada terapis.
 


Mekanisme Psikoterapi
Proses treatment dibagi kedalam 4 fase / tahapan yaitu :
1.      Opening phase
Tahap ini memiliki 2 bagian. Bagian pertama terdiri dari beberapa wawancara yang dilakukan selama menentukan permasalahan klien kemudian keputusan dibuat sesuai analisis. Di sini, struktur dari situasi analisis dijelaskan yaitu mengenai tanggung jawab dari terapis dan klien. Setelahnya, yaitu bagian yang kedua klien dipersilakan untuk berbaring sofa, dan apapun yang ia katakan dan atau lakukan diobservasi dan direkam. Dari situ, terapis mengumpulkan data data tentang materi sadar dan tidak sadar. Terapis menggunakan mimpi, khayalan, proyeksi, asosiasi bebas dan ingatan terdahulu sama pentingnya dengan kisah hidupnya, untuk memunculkan insight dari klien selama tahap awal terapi.

2.      Development of transference
Tahap ini terdiri 2 fase terapeutik yang penting. Perasaan klien terhadap terapis yang telah menjadi “signifikan person” dalam hidup klien, digunakan untuk menunjukkan bagaimana klien menerima, menginterpretasikan dan merespon di masa depan sama halnya dengan cara ia merespon significant personnya di masa lalu. Dengan memahami bagaimana perilaku di masa lalu mempengaruhi dan menentukan perilaku di masa depan. Klien dapat belajar untuk membuat keputusan yang telah sesuai. Namun terapis harus waspada terhadap kemungkinan terjadi “counter transference” yaitu perasaan terapis terhadap significant person yang tersalur terhadap klien. Bentuk counter transference apaun yang muncul harus dianalisa dan diatasi. Langkah ini penting agar perasaan terapis tersebut tidak berpengaruh terhadap analisa transferensi klien.

3.      Working Through
Tahapan ini tumpang tindih dengan tahapan sebelumnya. Tindak lanjut terhadap transference seseorang selalu menimbulkan adanya recall dari suatu kejadian yang kemudian meminculkan insight. Tindak lanjut transferensi merupakan suatu proses yang berkembang dan tiap kali tindak lanjut menghasilkan klarifikasi dan pemahaman lebih lanjut. Banyak klien mengalami resistensi selama terapi berlangsung. Resistansi merupakan suatu oposisi pasif atau aktif dari klien terhadap objektivitas terapis. Meskipun pada tingkat kesadaran klien menginginkan bantuan, ia menggunakan mekanisme pertahanan untuk menghindari munculnya ketidaksadaran ke permukaan, seperti ingatan yang menyakitkan atau rasa bersalah seringkali ditekan sebagai tindak lanjut untuk melawan resistansi klien yang merupakan aspek penting dari peranan terapis dalam proses psikoanalitik.


4.      Resolution of Transference
Ketika klien dan terapis yakin bahwa konflik utama klien telah diatasi, kemudian ditetapkan tanggal untuk menghentikan proses terapi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menangani keterikatan neurotik klien terhadap terapis. Ada beberapa aspek umum dalam tahap ini, salah satunya adalah klien menolak untuk mengakhiri hubungan dan menjadi tergantung terhadap terapis untuk mencegah terjadinya hal serupa maka perlu direncanakan akhir dari terapi klien. Penting untuk dilakukan tindak lanjut terhadap khayalan atau harapan dari klien yang mungkin menjelaskan bagaimana kondisi klien setelah terapi berakhir.
Dalam setiap kasus individual, evaluasi hasil treatment harus dinilai secara keseluruhan. Perbandingan dibuat antara situasi awal treatment dan perubahan pada hidup dan gejala-gejala pasien di akhir treatment.
Psikoanalisa berusaha membantu pasien membuat pemecahan masalah terbaik dari kesulitan-kesulitannya, seperti mencoba membuat keseimbangan antara berbagai konflik dalam pikiran. Keseimbangan juga tergantung pada kehidupan pasien selama dan setelah treatment.
Freud (1937) memperbarui pernyataannya mengenai psikoanalisis. Validitas psikoanalisis meliputi kepedulian akan alam manusia dan fungsi pikiran yang tidak secara langsung terkait dengan efektivitas psikoanalisa sebagai treatment. Meskipun demikian, ketika diaplikasikan pada kondisi yang tepat, psikoanalisis merupakan terapi yang sangat efektif.

Treatment

            Freud menjelaskan sebagaimana bermain catur. Mudah untuk membuat peraturan, untuk menggambarkan, fase pembukaan, dan mendiskusikan cara untuk mengakhiri permainan. Hal yang sama dengan psikoanalisis. Peraturan, fase pembukaan, dan cara penutupan dapat secara jelas diatur.
            Analisis pemindahan terdiri dari analisis kerja yang tak terhitung. Rudolf Loewenstein (1958) membedakan teknik psikoanalisis menjadi tujuan taktis dan strategis. Teknik taktis meliputi analisis beberapa konflik yang terjadi dengan segera. Sementara tujuan strategis mencoba membentangkan alam ketidaksadaran anak dan bagaimana sebuah  kejadian mempengaruhi kehidupan seseorang.

Management

            Analis bukan tanpa perasaan. Mereka merespon interaksi tetapi secara emosional tapi menyimpannya untuk diri sendiri. Mereka memandangnya sebagai bentuk peringatan perasaan pasien. Mereka menggunakan perasaannya sebagai tanda untuk memahami tujuan dari  pemikiran pasien. Jika dia merasa marah, mengalami gangguan sexual, atau frustasi, dia harus sadar bahwa perasaannya akan mempengaruhi cara ia dalam melihat masalah pasien.
            Ada banyak ketidaksepakatan dalam literatur tentang respon analisis emosi pasien. Terkadang mengarah sebagai pengalihan dari pasien ke analis. Beberapa analis melihat perasaan  terapis sebagai projective identinfication (Little, 1951; Tower, 1956). Mereka menganggap perasaan terapis identik dengan pengalamannya dan mereka merasa sangat penting untuk mendiskusikan perasaan mereka. Untuk beberapa analis di Amerika, mereka tidak sepakat dengan pandangan ini. Mereka mencoba memahami bagaimana perasaan pasien. Mereka tidak mendiskusikannya dengan pasien.
            Neuritic Countertransference pada pasien, bagi beberapa analis dapat menjadi masalah. Secara umum, analis akan mencoba menganalisa masalah untuk diri mereka sendiri. Jika tidak efektif, mereka akan mendiskusikannya dengan rekan seprofesi. Jika masalah tetap  bertahan, atau bisa didemonstrasikan menjadi lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya dan untuk diaplikasikan pada pasien lain, ini menandakan bahwa analis perlu melakukan psikoanalis lanjut untuk diri mereka sendiri. Ketika analis sadar bahwa ia tidak dapat mengontrol respon countertransference mereka, mereka harus mendiskusikannya dengan pasien secara jujur dan mengarahkan pasien ke analis lain. 


 







DAFTAR PUSTAKA

v  Corey, Gerald, 2005, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, Bandung : PT Refika Aditama.
v  Corsini. R.J. and Wedding. D., 2000,Current psychotherapy, F.E.Paecock Publishers,Inc. Illinois

1 komentar:

  1. sangat bermanfaat bagi saya
    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fbabeyudi.wordpress.com

    BalasHapus