Rabu, 19 Januari 2011

PERBEDAAN MORFOLOGI, ETIMOLOGI, DAN LEKSIKOLOGI



BAB 1
PENDAHULUAN

            Dalam ilmu bahasa istilah Morfologi, leksikologi, Dan etimologi sudah tak asing lagi. Terutama bagi mereka-mereka yang bergelut di bidang bahasa. Sebagai ilmu yang mempelajari kebahasaan morfologi memiliki hubungan dengan ilmu kebahasaan lainnya. Diantaranya hubungan dengan leksikolgi dan etimologi. Dalam hubungannya ini morfologi, etimologi dan leksikologi memiliki kesamaan dan perbedaan.
Morfologi ,Leksikologi dan etimologi merupakan cabang-cabang ilmu bahasa yang sama-sama mempelajari kata, arti kata, akan tetapi di antara ketiganya terdapat perbedaan. Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap yang terkandung dalam kata atau yang lazim disebut arti leksis atau makna leksikal; morfologi mempelajari arti yang timbul akibat peristiwa gramatis yang biasa disebut arti gramatis atau makna gramatika; sedangkan etimologi  cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata.
            Makalah ini mencoba memberiakan gambaran bagaimana perbedaan morfologi, leksikologi dan etimologi dalam ilmu bahasa.





BAB II
PEMBAHASAN

 PENGERTIAN MORfOLOGI
            Secara etimologi kata morfologi  berasal dari kata morf  yang berarti ‘bentuk’ dan kata  logi  yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk’. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata’.(Chaer,2008:3)
Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata; atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan,1983:15).
 Pendapat lain yaitu Morfologi atau tata bentuk (Inggris morphology; ada pula yang menyebutnya morphemics) adalah bidang linguistic yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 1984 : 52). Tambahan secara “gramatikal” dalam definisi ini mutlak, karena setiap kata juga dapat dibagi atas segmen yang terkecil yang disebut fonem, tetapi fonem-fonem tidak harus berupa morfem. Misalnya, kata kuda yang terdiri dari empat fonem, tetapi kata itu terdiri dari satu morfem saja. Satu morfem dapat juga terdiri dari satu fonem saja, misalnya, -s dalam bahasa inggris books, –e dalam bahasa Jawa anake ‘anaknya’, –i dalam bahasa Indonesia menggurui, dan –t dalam kata belanda loopt ‘[ia] berjalan’.
            Dengan perkataan lain, morfologi mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata. Dalam linguistik bahasa Arab, morfologi ini disebut tasrif, yaitu perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru). Tanpa perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk.
Untuk memperjelas pengertian di atas, perhatikanlah contoh-contoh berikut dari segi struktur atau unsur-unsur yang membentuknya,
Makan  Þ makanan
dimakan
termakan
makan-makan
dimakankan
rumah makan

Main  Þ  mainan
bermain
main-main
bermain-main
permainan
memainkan


Contoh-contoh yang terpampang di atas, semuanya disebut kata. Namun demikian, struktur kata-kata tersebut berbeda-beda. Kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna. Kata makanan, dimakan, dan termakan masing-masing terdiri atas dua bentuk bermakna yaitu –an, di-, ter- dengan makan. Kata makan-makan terdiri atas dua bentuk bermakna makan dan makan. Rumah makan pun terdiri atas dua bentuk bermakan rumah dan makan. Kata main, sama dengan kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna, sedangkan kata mainan, bermain, main-mainan, permainan, memainkan masing-masing terdiri atas dua buah bentuk bermakna yakni –an, ber-, main, per-an, me-kan dengan main. Kata bermain-main terdiri atas tiga bentuk bermakna ber-, main, dan main.
Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa bentuk-bentuk tersebut dapat berubah karena terjadi suatu proses. Kata makan dapat berubah menjadi makanan, dimakan, termakan karena masing-masing adanya penambahan –an, di-, dan ter-, dapat pula menjadi makan-makan karena adanya pengulangan, dapat pula menjadi rumah makan karena penggabungan dengan rumah. Perubahan bentuk atau struktur kata tersebut dapat pula diikuti oleh perubahan jenis atau makna kata. Kata makan termasuk jenis atau golongan kata kerja sedangkan makanan termasuk jenis atau golongan kata benda. Dari segi makna kata makan maknanya ‘memasukan sesuatu melalui mulut’, sedangkan makanan maknanya ‘semua benda yang dapat dimakan’.
Tidak hanya dalam bahasa Indonesia saja, proses morfologi dikenal juga dalam bahasa-bahasa lain misalnya:
-          -e dalam bahasa jawa contoh : anake, klambine, ayune, omahe
-          -s dalam bahasa inggris; contoh : books, cups,cats
-          -t dalam bahasa belanda; contoh : loopt
-          Dll
Seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti atau makna kata seperti contoh di atas itulah yang dipelajari oleh bidang morfologi (Ramlan, 1983 : 3). Bidang yang dibahas oleh morfologi yakni : (1) morfem-morfem yang terdapat dalam sebuah bahasa, (2) proses pembentukan kata, (3) fungsi proses pembentukan kata, (4) makna proses pembentukan kata, dan (5) penjenisan kata.
Dalam kajian  morfologi dikenal istilah morfem yakni satuan gramatikal terkecil yang bermakna. Contoh: makanan yang berararti ‘sesuatu yang dapat dimakan’ kata tersebut berasal dari kata makan dan –an. Kata makan dan –an merupakan satuan morfem karena keduanya tidak dapat dipecah menjadi satuan gramatikal yang bermakana lagi.

PENGERTIAN ETIMOLOGI
            Etimologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata (Chaer,2008:7). Misalkan kata etimologi sebenarnya diambil dari bahasa Belanda etymologie yang berakar dari bahasa Yunani; étymos (arti sebenarnya adalah sebuah kata) dan lògos (ilmu). Pendeknya, kata etimologi itu sendiri datang dari bahasa Yunani ήτυμος (étymos, arti kata) dan λόγος (lógos, ilmu). Kata sinonim berasal dari bahasa yunani syn yang artinya ‘dengan’ dan kata bahasa yunani Onoma yang berarti ‘nama’. Contoh lain kata sekaten (dalam bahasa Jawa) berasal dari bahasa Arab syahadatain yaitu ‘ucapan dua k alimat syahadat’.
            Beberapa kata yang telah diambil dari bahasa lain, kemungkinan dalam bentuk yang telah diubah (kata asal disebut sebagai etimon). Melalui naskah tua dan perbandingan dengan bahasa lain, etimologis mencoba untuk merekonstruksi asal-usul dari suatu kata ketika mereka memasuki suatu bahasa, dari sumber apa, dan bagaimana bentuk dan arti dari kata tersebut berubah.
Etimologi juga mencoba untuk merekonstruksi informasi mengenai bahasa-bahasa yang sudah lama untuk memungkinkan mendapatkan informasi langsung mengenai bahasa tersebut (seperti tulisan) untuk diketahui. Dengan membandingkan kata-kata dalam bahasa yang saling bertautan, seseorang dapat mempelajari mengenai bahasa kuno yang merupakan “generasi yang lebih lama”. Dengan cara ini, akar bahasa yang telah diketahui yang dapat ditelusuri jauh ke belakang kepada asal-usul bahasa.
Ide-ide yang mendasari etimologi adalah sebagai berikut :
  • Kata-kata biasanya dimulai dengan bentuk yang lebih panjang dan kemungkinan juga lebih rumit, yang kemudian menjadi lebih sederhana atau lebih singkat. Misalnya, mesa (“kerbau”) dalam Bahasa Jawa Krama berasal dari Sansekerta mahisa.
  • Sebaliknya dengan butir di atas, kata-kata yang pendek dapat diperpanjang dengan penambahan imbuhan pada kata itu. Misalnya, kata, kedokteran berasal dari ke+dokter+an (dokter berasal dari Bahasa Belanda).
  • Kata-kata slang (yang tidak resmi) dapat diterima menjadi bahasa resmi. Kadang-kadang yang sebaliknya juga terjadi, kata-kata yang resmi menjadi slang.
  • Kata-kata yang "kasar" atau "kotor" dapat menjadi eufemisme, dan bisa juga eufemisme menjadi "kasar".
  • Kata-kata yang tabu mungkin dihindari dan kemudian lenyap, seringkali digantikan oleh eufemisme atau pengandaian kata.
  • Kata-kata dapat dilebur menjadi kata portmanteau, seperti misalnya polda, sebuah peleburan dari kata polisi dan daerah.
  • Kata-kata dapat dimulai sebagai akronim, seperti SIM (“Surat Izin Mengemudi”).
  • Bunyi dalam sesuatu perkataan bisa didisimilasikan. Misalnya, laporan berasal dari “rapport” (Bahasa Belanda), tetapi pertama bunyi r sudah diganti menjadi l untuk membedakan bunyi itu dari r nomor dua.
  • Bunyi bisa ditambah kedalam satu perkataan, sesuai dengan morfologi Bahasa Indonesia: Maret (Bahasa Belanda: “Maart”) atau dihilangkan (bius dari Bahasa Parsi “bihausi”).
  • Bunyi asing bisa diindonesiakan, seperti petuah (Bahasa Arab: “fatwa”).
  • Kata-kata dapat diciptakan dengan sengaja, seperti perkataan Anda.
  • Kata-kata dapat pula diambil dari sebuah tempat tertentu (toponim, misalkan lombok yang berarti "cabai") atau dari nama orang tertentu (eponim, mis. urat Achilles).

PENGERTIAN LEKSIKOLOGI
            Leksikologi adalah ilmu mengenai leksikon yang satuannya disebut leksem. Leksikologi mengarah pada kata yang sudah jadi, baik yang terbentuk secara arbitrer, maupun yang terbentuk sebagai hasil proses morfologi. Dalam hal simantik, leksikologi membicarakan makna leksikal dengan berbagai aspek dan permasalahannya.(Chaer,2008:6)
     Leksikologi mempelajari seluk-beluk kata, ialah mempelajari perbendaharaan kata dalam suatu bahasa, mempelajari pemakaian kata serta arti seperti dipakai oleh masysrakat pemakai bahasa (Ramlan,1983:17). Misalnya kata masak, kata ini memiliki berbagai arti dalam pemakaiannya, seperti dijelaskan dalam kamus sebagai berikut :
1.   ‘sudah sampai tua hingga boleh dipetik, dimakan, dsb’.
     Misalnya : belum masak juga ubi ini.
2.   ‘sudah jadi’
     Misalnya : Meskipun sudah sejam direbus, belum masak juga ubi ini.
3.   ‘sudah selesai, sudah dipikir’
     Misalnya : Bangsa kita diangapnya belum masak.
4.   ‘mengolah, membuat panganan’
     Misalnya : masak kue lapis
Selanjutnya diterangkan pula arti kata bentukan dari kata tersebut, kata masak-memasak berarti ‘hal atau urusan memasak makanan, dsb’, memasakkan  artinya ‘memasak untuk orang lain’; mungkin juga berarti ‘menjadikan masak’, masakan berarti ‘barang apa yang dimasak, seperti lauk-pauk, makanan, dsb’,  pemasak berarti ‘orang yang memasak’ mungkin juga berarti ‘alat untuk memasak’.

Perbandingan Morfologi dengan Leksikologi
Morfologi dan Leksikologi sama-sama mempelajari kata, ari kata, akan tetapi di antara keduanya terdapat perbedaan. Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap yang terkandung dalam kata atau yang lazim disebut arti leksis atau makna leksikal, sedangkan morfologi mempelajari arti yang timbul akibat peristiwa gramatis yang biasa disebut arti gramatis atau makna gramatikal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut :
Kata kosong mempunyai berbagai makna dalam pemakaiannya, antara lain :
a)      Tidak ada isinya; misalnya: peti besinya telah kosong.
b)      Hampa, berongga (geronggang) di dalamnya; misalnya: tinggal butir-butir padi yang kosong.
c)      Tidak ada yang menempati; misalnya: rumah itu kosong.
d)     Terluang; misalnya: waktu kosong.
e)      Tidak mengandung sesuatu yang penting atau berharga; misalnya: perkataannya kosong.

Selain itu, ada pula kata-kata mengosongkan ‘menjadikan kosong’, pengosongan ‘perbuatan mengosongkan’, kekosongan ‘keadaan kosong’ atau ‘menderita sesuatu karena kosong’.
kata kosong dengan mengosongkan. Kedua kata itu masing-masing mepunyai arti leksis atau makna leksikal. Kosong antara lain artinya ada lima butir seperti yang tertera pada contoh di atas, sedangkan mengosongkan makna atau artinya ‘menjadikan atau membuat jadi kosong’. Mengenai arti leksis kedua kata tersebut dibicarakan dalam leksikologi, sedangkan dalam morfologi dibicarakan makna atau arti yang timbul akibat melekatnya imbuhan atau afiks meN-kan.
Jadi kalo leksis itu menyatakan arti secara harafiah…sedangkan kalo morfologi, menyatakan arti secara gramatikal, atau arti hasildari penambahan
Contoh lain yaitu selain kata rumah terdapat kata berumah. Kedua kata tersebut masing-masing mempunyai arti leksikal, kata rumah berarti ‘bangunan untuk tempat tinggal’ dan  kata berumah berarti ‘mempunyai rumah’,’diam’,’tinggal’. Arti leksikal dan pemakaian kata tersebut dibicarakan dalam leksikologi sedangkan dalam morfologi dibicarakan perubahan bentuknya, dari rumah menjadi berumah, perubahan golongannya dari kata nominal menjadi kata verbal, serta perubahan arti yang timbul sebagai akibat dari melekatnya afik ber- pada rumah  ialah timbulnya makna ‘mempunyai’,’memakai’ atau ‘mempergunakan’.

Perbandingan Morfologi dengan Etimologi
Dalam penyelidikan makna, morfologi berdekatan dengan leksikologi, sedangka dalam penyelidikan bentuk, morfologi berdekatan dengan etimologi, yakni ilmu yang menyelidiki seluk-beluk asal-usul kata secara khusus.
Walau morfologi dan etimologi mempelajari masalah yang sama yakni perubahan bentuk, namun ada perbedaannya. Morfologi mempelajari perubahan kata yang disebabkan atau yang terjadi akibat sistem bahasa secara umum. Sebagai contoh, dari kata pakai  terbentuk kata-kata baru pakaian, memakai, dipakai, terpakai, berpakaian. Perubahan-perubahan itu disebabkan oleh sistem bahasa yaitu sistem afiksasi atau pembubuhan afiks. Gejala itulah yang dipelajari oleh morfologi. Namun perhatikanlah contoh-contoh berikut: kenan di samping berkenan; ia  di samping dia, yang, dan –nya dan tuan di samping tuhan. Perubahan-perubahan tersebut bukan bersifat umum atau bukan akibat sistem bahasa Indonesia. Perubahan tersebut hanya terjadi untuk kata-kata tersebut, tidak berlaku untuk kata-kata lain. Perubahan-perubahan itu bukan dipelajari oleh morfologi melaikan dipelajari oleh etimologi atau ilmu tentang asal-usul kata.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
                        Sebagai ilmu yang mengambil salah satu bagian dari kebahasaan, tentu saja morfologi mempunyai hubungan dengan ilmu kebahasan lainnya,seperti leksikologi dan etimologi. Adapun berbedaannya yaitu bahwa morfologi ilmu tentang bentuk dan pembentukan kata, sedang leksikologi adalah ilmu mengenai leksikon yang satuanya disebut leksem. Morfologi lebih mengarah pada masalah proses pembentukan kata; sedang leksikologi lebih mengarah pada kata yang sudah jadi, baik yang terbentuk secara arbiter, maupun yang terbentuk sebagai hasil proses morfologi. Dalam hal semantik, kalau morfologi membicarakan makna gramatikal, maka leksikologi membicarakan makna leksikal dengan berbagai aspek dan masalahnya. Sedangankan  etimologi membicarakan tentang pembentukan atau terbentuknya kata atau asal-usul yang tidak berkaidah, misalnya, kata morfologi berasal dari kata Morf  yang berarti ‘bentuk’ dan kata logi berarti ‘ilmu’. Jadi secara harafiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk.






DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul,2008, Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan proses),Jakarta:Rineka Cipta.
Parera, Jos Daniel, 1994, Morfologi Bahasa edisi kedua, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan.M,1983, Morfologi Suatu Tinjauan deskriptif, Yogyakarta: Karyono.
Verhaar,J.W.M.,1996, Asas-Asas Linguistik Umum, yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
____________,1989, Pengantar Linguistik, yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar