Rabu, 19 Januari 2011

LINGUISTIK ERA MODERN








Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
Mata kuliah Sejarah Kajian Bahasa


Oleh

EUNIKE YOANITA
120710071







Departemen Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Unversitas Airlangga
Surabaya
2010
KATA PENGANTAR

            Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya  pada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Sejarah Kajian Bahasa ”Linguistik Era Modern”.
            Keberhasilan kami dalam menyusun makalah Sejarah Kajian Bahasa ini tidak lepas berkat bantuan dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, patut kiranya kami menyampaikan terima kasih kepada :
  1. Yth. Moch. Jalal, S.S., M.Hum., selaku Dosen pengampu mata kuliah Sejarah Kajian Bahasa,
  2. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu terselesainya makalah Sejarah Kajian Bahasa.
            Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah Sejarah Kajian Bahasa ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kami mengharap saran dan kritik yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami semua.




                                                                                                            Surabaya, Juni 2010

                                                                                                            Penyusun


Pendahuluan

            Studi era modern terhadap bahasa (linguistik) biasanya dianggap sebagai bermula dari akhir abad XVII dan awal abad XIX, saat para sarjana untuk pertama kalinya menggunakan metode-metode ilmiah dalam mencari hubungan antar berbagai bahasa. Khususnya bahasa-bahasa rumpun Indonesia – European. Oleh karena itu, studi ini lebih bersifat historic komparatif dan menjelang akhir abad ke XIX banyak kemajuan dalam fonetik dan geografi linguistic meskipun masih banyak yang terkait dengan historis.
            Pendekatan sinkronik, dalam buku Course de Linguistiue generale karya sarjana Swiss, Ferdinand de Saussure pada tahun 1916. Saussure memberikan telaah yang pertama kali pada bahasa sebagai satu struktur (dikotomi Sytagmatic-Paradigmatic Relationship) serta pendekatan ini di sebut dengan Struktural Linguistic.
            Pendekatan yang dilakukan oleh Saussure juga diikuti oleh sarjana-sarjana pada dekade, berikut :
-          Frans Boas (1858-1942) sarjana antropologi Amerika kelahiran Jerman.
-          Edward Sapir (1884-1939) sarjana antropologi dan linguistik.
-          Leonard Bloomfield (1887-1949) sarjana linguistik.
      Perkembangan terakhir dalam linguistik terdapat adanya penyatuan tradisi sinkronik –diankronik. Perkembangan-perkembangan tersebut dalam linguistik, yaitu bidang-bidang lain yang terkenal dengan disiplin-disiplin psycholinguistic, sociolinguistik, anthropological linguistic, dan mathematical linguistic.










Pembahasan

          Kajian bahasa di era modern menitik beratkan pada persoalan bahasa secara resmi. Ferdinand de Saussure (1916) dalam buku Course de linguistique generale menelaah tentang, berikut ini:
Ø  Sytagmatic Relationship-Paradigmatic Relationship. Menurut Saussure kalimat itu adalah satu urutan dari tanda-tanda (Sign = Relationship of Signifed to Signifier). Setiap tanda ini mendukung arti keseluruhan dan berbeda dari tanda yang lainnya (Ailwasilah,1989:133).
      Urutan tanda-tanda ini disebut syntagmatic relationship yaitu hubungan horizontal antara unsur-unsur kalimat yang membentuk urutan linear. Dalam kajian ini kita dapat mengkaji bahasa, khususnya kalimat, sebagai sistem gabungan unsur-unsur yang saling menunjang dan merupakan objek studi linguistik untuk menyusun teori-teori bahasa, khususnya teori sintaksis.
Ø  Langue-Parole. Saussure menekankan pentingnya memandang bahasa sebagai satu gejala hidup kebalikan dari pandangan historik. Saussure juga menekankan studi ujaran (specch) bukannya bahasa tertulis, dan menganalisis sistem yang mendasari bahasa untuk memperlihatkan struktur yang menyeluruh dan terpusat serta menempatkan ciri-ciri fisik (Ailwasilah, 1989:123).
      Saussure menurunkan tiga istilah :
1.      Langage (bahasa manusia secara umum)
2.      Langue (sistem bahasa) dan,
3.      Parole (tingkah berujar)
      Langage adalah kemampuan untuk berbahasa yang ada pada setiap manusia normal karena pembawaan, tetapi selalu didukung oleh stimulus dari lingkungan untuk pengembangan yang sempurna.
      Ini dimungkinkan dengan adanya dua macam fasilitas yang dimiliki manusia :
1.      Fasilitas fisik berupa organ-organ ujaran
2.      Fasilitas non fisik (Alwasilah, 1983:5)
Saussure sendiri berkonsentrasi pada dikotomi langue-parole. Langue mengacu pada sistem bahasa yang abstrak. Sistem ini dimaklumi oleh semua anggota masyarakat ujaran karena mendasari semua ujaran dari setiap individu.
      Bagi Saussure langue ini adalah totalitas dari sekumpulan fakta bahasa, yang disimpulkan dari ingatan para pemakai bahasa dan merupakan gudang kebahasaan yang ada dalam otak setiap individu. Langue ada dalam otak, bukan hanya abstrak-abstraksi saja dan merupakan gejala sosial. Karena adanya langue inilah maka terbentuk masyarakat ujaran, yaitu masyarakat yang menyempakati aturan-aturan gramatik, kosakata dan pengucapan. Karena kesepakatan inilah anggota-anggota masyarakat bisa berkomunikasi: bersatubahasa, bersatukosakata, dan bersatuucapan. Kurang lebih langue itu adalah: langue = tata bahasa + kosakata+ sistem pengucapan (Alwasilah, 1983: 71,72).
      Langue ini dihubungkan dengan ucapan nyata, yaitu parole. Parole adalah realisasi langue yang bersifat idiosyncratic dan sejalan dengan situasi sewaktu proses tutur terjadi. Studi bahasa abad XIX sedikit sekali menyentuh bidang makna. Banyak sekali konsep arti, dan satu diantaranya adalah pendekatan naturalisme (lawan nominalisme), yang melihat hubungan antara ’kata’ dan ’sesuatu’ atau ’benda’.
Ø  Saussure membuat istilah signifie (= the thing signified) dan significant (the thing which signifes). H.E. Gleason memakai istilah expression dan content (Gleason 1961;2). Ada lagi yang menyebutnya concept dan acoustic image. Menurut Saussure arti itu adalah hubungan antara obyek, gagasan, dan sebagainya (signifie) dengan bahasa yang diucapakan untuk mengacu kepadanya (significant). Hubungan ini dinamainya sebagai sign atau signication yang merupakan unit dasar untuk berkomunikasi, dan satu unit di dalam langue masyarakat bahasa. Sebagai hubungan antara signifie dan significant dan bagian dari langue.
     


Kesimpulan

          Pada era sebelum abad ke-17, yaitu pada masa antara India Kuno hingga masa Renaissance lebih banyak terpusat pada strukturalisme suatu bahasa. Sedangkan di Era modern lebih pada kajian bahasa secara murni.
            Era modern ini kajian bahasa dititik beratkan pada persoalan bahasa secara resmi. Yakni mengenai Sytagmatic Relationship-Paradigmatic Relationship  yang berbicara mengenai satu urutan dari tanda.  Selain itu  juga mengenai langue dan parole yang kemudian Saussure menurunkan tiga istilah yaitu Langage (bahasa manusia secara umum) , Langue (sistem bahasa), dan Parole (tingkah berujar).
            Jadi di era modern permasalahan mengenai sistem bahasa murni lebih di titik beratkan daripada masa sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar