NAMA : EUNIKE YOANITA
NIM : 120710071
PRODI : SASTRA INDONESIA
TUGAS AGAMA
SEX EDUCATION
Di Tuban, seorang ABG berusia 17 tahun dilaporkan kepada pihak yang berwajib karena telah menggauli seorang ABG putri berusia 16 tahun. Sang gadis yang diketahui ialah kekasihnya memang tidak hamil namun sang gadis tersebut melaporkan perbuatan kekasihnya itu setelah tahu bahwa sang kekasih mengingkari janjinya untuk bertanggung jawab. Usut punya usut ternyata sang ABG berani melakukan tindakan asusila tersebut karena terinspirasi dari video porno salah satu artis ibukota yang saat ini sedang marak dibicarakan (sumber: detikcom 23/12/2010).
Maraknya kasus asusila yang terjadi dikalangan ABG atau usia pelajar menjadi sorotan penting dalam dunia pendidikan. Karena fenomena yang terjadi di Indonesia masih menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat mengenai adanya anggapan bahwa membicarakan mengenai seks adalah sesuatu yang tabu dan adanya pendidikan seks hanya akan mendorong minat masyarakat semakin tinggi untuk mencoba seks. Padahal sebaliknya pendidikan seks membantu masyarakat untuk menekan tingginya angka tindakan asusila dan penyebaran penyakit menular seksual.
Sex education atau yang lebih sering dikenal dengan pendidikan seks merupakan pendidikan mengenai reproduksi yang seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Pendidikan seks sangat diperlukan untuk mencegah biasnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dikalangan remaja. Namun sepertinya sebagian masyarakat menilai bahwa pendidikan seks merupakan sesuatu yang vulgar.
Seks berarti kelamin yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Seksualitas menyangkut berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek biologik, orientasi, nilai sosiokultur dan moral, serta perilaku. Pendidikan seks dapat dibagi menjadi pendidikan seks untuk anak prasekolah dan sekolah, pendidikan seks untuk remaja, untuk dewasa pranikah serta menikah.
Sex education untuk anak-anak bertujuan agar anak mengerti identitas dirinya dan terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat buruk bagi anak. Pendidikan seks untuk anak pra sekolah lebih bersifat pemberian informasi berdasarkan komunikasi yang benar antara orangtua dan anak.
Sex education untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari berbagai akibat buruk karena persepsi dan perilaku seksual yang keliru. Sementara pendidikan seks untuk dewasa bertujuan agar dapat membina kehidupan sexual yang harmonis sebagai pasangan suami istri.
Ada dua factor mengapa pendidikan seks sangat penting bagi remaja.
Pertama, saat anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan pendidikan seks, sebab orangtua masih menganggap bahwa pembicaraan mengenai seks adalah sesuatu yang dianggap tabu atau tidak pantas. Sehingga dari ketidakpahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Kedua, dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan social masyarakat mereka ditawari hal-hal yang berkaitan dengan seks yang disajikan secara bebas seperti VCD, majalah, internet, tayangan televisi. Dan dampak dari ketidakpahaman remaja tentang pendidikan seks ini mempengaruhi tingginya hubungan seks diluar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Dengan adanya pendidikan seks kita bisa ajarkan kepada para remaja untuk menjaga kesehatan alat reproduksi mereka. Organ reproduksi remaja adalah hak remaja dan menjadi tanggung jawab remaja itu sendiri untuk melindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan. Namun akhir-akhir ini mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pendidikan seks karena maraknya kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja saat ini. Masa remaja atau yang bisa disebut pubertas adalah masa dimana remaja mencari jati diri dan arti dari hidup. Pada masa-masa inilah remaja memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Karena rasa ingin tahunya yang besar, semakin dilarang, semakin penasaran dan akhirnya mereka berani untuk mengambil resiko tanpa pertimbangan lebih dahulu.
Ada beberapa pendapat mengatakan bahwa pendidikan seks memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah menengah, apalagi siswa pada masa ini ialah siswa dalam golongan masa pubertas. Itu sangat diperlukan sebagai upaya antisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negative lainnya. Kebanyakan pada masa puber remaja melaukan sesuatu hanya untuk menjawab rasa ingin tahu mereka atau hanya mengikuti trend. Misalnya pada saat mereka pacaran mereka mencoba yang namanya ciuman dan begitu tahu enaknya ciuman mereka malah melangkah melakukan hal-hal yang belum pantas dilakukan. Kalau sudah kebablasan bukan saja remajanya tapi orangtua nya juga yang akan menanggung malu.
Pendidikan seks tidak hanya diberikan pada anak remaja namun orangtua juga perlu diberi bekal pengetahuan pendidikan seks dan gaya hidup remaja saat ini agar orangtua bisa memengamati perubahan yang terjadi pada anak dan bisa memberikan masukan-masukan yang bisa ditanamkan pada diri remaja tentang seks. Karena berkembanganya pengetahuan seks pada remaja juga menjadi tanggung jawab orangtua sebagai pengasuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar