Rabu, 19 Januari 2011

Hikayat Sri Rama:Suntingan Naskah Disertai Telaah Amanat dan Struktur



Penulis : Achadiati Ikram
Penerbit : Universitas Indonesia
Tahun : 1989

Citra Kepimpinan Dalam Hikayat Sri Rama
HSR bercerita tentang perjuangan Rama yang terusir dari kerajaan dan berjuang untuk merebut kembali istrinya dari Rawana. HSR tidak hanya sekedar dongeng atau cerita bagi anak-anak tetapi HSR sebagai salah satu kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Terlebih yang paling menarik dari HSR ini ialah citra kepimpinan yang bisa dijadikan patokan atau bisa dibilang juga kategori seorang pemimpin.
Kategori kepimpinan menurut Ikram meliputi:
1)      Kearifan
Sifat arif yang diartikan sebagai kemampuan membedakan dan memilih antara yang buruk dan baik. Pikiran dan tingkah laku raja harus dilandasi oleh rasa moral yang tinggi. Ikram mencontohkan Rawana dalam HSR sebagai raja yang kurang arif sehingga perbuatannya menculik Sita berakibat celaka bagi dirinya dan sengsara bagi rakyatnya.
 2)      Keadilan
Keadilan dalam HSR selalu bersanding dengan kata kasih. Keadilan seorang raja muncul sebagai akibat dari rasa kasihnya kepada rakyat yang berada dalam naungannya. Keadilan dicontohkan dengan keharusan seorang raja untuk memeriksa dengan teliti masalah rakyat yang diadukan kepadanya.
 3)      Kasih
Sifat kasih harus dimiliki raja untuk melindungi rakyat yang diayominya. Sifat kasih juga mencakup sifat dermawan atau murah hati yang selalu dihubungkan sebagai pujian kepada raja besar dalam HSR.

4)      Sifat-sifat lahiriah yang menarik
Sifat-sifat lahiriah yang menarik ini dalam HSR jarang dikemukakan secara eksplisit. Akan tetapi, sifat ini selalu muncul saat menggambarkan seorang raja, seperti Dasarata yang dikatakan “terlalu baik parasnya” atau Sri Rama yang dikatakan “terlalu mahaelok rupanya”.
 5)      Keberanian demi harga diri
Ketinggian martabat raja didukung oleh rasa segan dari raja lainnya. Seorang raja harus berani bertindak jika merasa terhina, seperti tokoh Balikasya yang mengembalikan martabatnya dengan mengalahkan raja Syaksya yang pernah mengalahkan leluhur Balikasya.
 6)      Keahlian perang
Ajaran mengenai perang dan segala yang berhubungan dengan keprajuritan menduduki tempat yang penting dalam HSR. Keahlian perang tidak terbatas pada permainan senjata, tetapi mencakup segala pikiran yang melatarbelakangi peperangan dan tingkah laku yang bersumber padanya.
 7)      Pertapa.
Sifat pertapa sangat menentukan perangai dan sepak terjang seorang raja. Seorang raja yang selalu hidup mewah dan berkuasa dapat terperosok pada sifat takabur dan tinggi hati. Dengan bertapa atau hidup dalam keprihatinan dan tirakat, seorang raja akan mencapai kearifan dalam memerintah rakyatnya.
Namun ironisnya selalu saja anggapan mengenai citra kepimpinan seperti yang terdapat pada HSR ini dianggap hanya ada dalam dongeng saja oleh kebanyakan khalayak padahal ini pun juga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan pemimpin dalam memimpin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar