Rabu, 19 Januari 2011

Psikoanalisis Sigmund Freud





Sigmund Freud (6 Mei 1856 - 23 September 1939) adalah seorang neurolog Austria dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi, Psikoanalisa sebagai system ilmu jiwa dan bukan suatu cabang ilmu jiwa atau psikiatri. Gerakan ini memopulerkan teori bahwa motif tak sadar mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu ia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia sejak kecil. Pengalaman seksual dari Ibu, seperti menyusui, selanjutnya mengalami perkembangannya atau tersublimasi hingga memunculkan berbagai prilaku lain yang disesuaikan dengan aturan norma masyarakat atau norma Ayah. Namun dalam perjalanannya setelah kolega kerjanya Alferd Adler, mengungkapkan adanya insting mati didalam diri manusia, walaupun Freud pada awalnya menolak pernyataan Adler tersebut dengan menyangkalnya habis-habisan, namun pada akhirnya Freudpun mensejajarkan atau tidak menunggalkan insting seksual saja yang ada didalam diri manusia, namun disandingkan dengan insting mati (Thanatos).
Freud tertarik dan belajar hipnotis di Perancis, lalu menggunakannya untuk membantu penderita penyakit mental. Freud kemudian meninggalkan hipnotis setelah ia berhasil menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan. Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktifitas emosi lain, hingga aktifitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.
Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai "obat dengan berbicara". Hal-hal ini menjadi unsur inti psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom konversi.
Teori-teori Freud, dan caranya mengobati pasien, menimbulkan kontroversi di Wina abad kesembilan belas, dan masih diperdebatkan sengit di masa kini. Gagasan Freud biasanya dibahas dan dianalisis sebagai karya sastra, filsafat, dan budaya umum, selain sebagai debat yang berterusan sebagai risalah ilmiah dan kedokteran ini.
Menurut Freud, jiwa seseorang terbentuk dari tiga substansi yaitu, Id, Ego dan Superego. Freud mendefinisikan Id sebagai suatu dorongan naluriah yang berada dalam bawah sadar manusia. Id terutama dapat dilihat sewaktu fase bayi dari seorang manusia. Id juga disamakan oleh frued sebagai dorongan akan kesenangan. Ketika lapar dan haus bayi secara naluriah akan menangis dan mencari puting susu dari ibunya. Demikian juga dengan keinginan naluriah yang lainnya.
Ketika menginjak kedewasaan mulai ia diberi pengetahuan mengenai baik dan buruk. Apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang sebaiknya ia lakukan. Nilai-nilai atau peraturan moral yang ada ini dinamai oleh Freud dengan Superego. Nah kebanyakan dari peraturan ini akan menekan dorongan Idnya. Dalam upaya-upaya menyesuaikan dorongan Id serta hukum moral ini ditengahi oleh kesadarannya yang disebut ego.
Kebanyakan secara tidak sadar Id juga hadir lewat mimpi sebagai suatu bentuk pemuasan kesenangan yang tidak bisa terlaksana oleh dunia nyata. Dari mimpi-mimpi inilah kita bisa melihat bawah sadar kita sendiri sebagai manusia.
Sakit jiwa/kegilaan merupakan ketidakmampuan mengelola bawah sadar kita karena kurangnya pengetahuan tentang bawah sadar itu sendiri. Secara terus menerus bawah sadar yang menekan kesadaran dan ingin keluar dari gerbang kegelapannya. Akan tetapi apabila hal ini terus ditekan oleh superego maupun ego yang ada maka hasilnya adalah ketidakstabilan dari jiwa itu sendiri. Kegilaan lah yang akan menjadi hasil dari pertarungan ini.
Untuk mengatasi permasalahan ini maka bawah sadar yang menekan keluar harus dibebaskan dan dibiarkan bebas untuk mengurangi tekanan yang ada dalam jiwa itu sendiri. Demikianlah terapi-terapi psikoanalisa dilakukan. Salah satu metode yang paling sering digunakan adalah dengan metode hipnotis sehingga pasien mudah diarahkan untuk membuka gerbang bawahsadarnya ke alam sadarnya. Dengan membuka gerbang bawah sadar ini maka ketegangan yang ada karena pertarungan antara Id dan Superego dapat diredakan.
Alam bawah sadar sering juga merupakan ingatan yang sangat baik dalam merekam setiap kejadian hidup. Bahkan sesuatu yang tidak kita sadari dapat memasuki alam tak sadar kita sehingga ingatan kita dalam alam bawah sadar kita sepeti ingatan fotografis maupun seperti rekaman kaset audio video yang amat baik. Hal ini banyak sekali menjelaskan mengenai kemampuan seseorang yang tiba-tiba dapat mengenal bahasa yang asing serta dapat menggunakan bahasa asing tersebut walaupun secara sadar ia tidak pernah memperlajarinya.
Pada dasarnya tujuan Freud terhadap psikoanalisisnya tidak dimaksudkan hanya sebagai untuk perlakuan psikiatrik semata, dalam artian bahwa ia tidak menghendaki bahwa teori psikoanalisisnya hanya digunakan untuk menolong orang memecahkan berbagai macam permasalahan yang dihadapi dengan pendekatan psikologis. Lebih jauh Freud mengemukakan bahwa tujuan psikoanalisisnya adalah untuk membentuk budaya, seni, ilmu-ilmu sosial kemanusiaan, dan yang utama adalah cara untuk membentuk kepribadian anak. Freud berharap bahwa teorinya dapat berfungsi praktis dan dapat digunakan untuk membantu orang tua membesarkan dan membentuk kepribadian anak.
Freud tidak mengharapkan agama sebagai peletak dasar fondasi kepribadian anak, karena menurutnya agama terutama para pendeta dan pastor hanya memaksakan otoritarianismenya dengan doktrin-doktrin yang diberikannya kepada jemaatnya. Di sini anak tidak sewajarnya mendapatkan perlakuan tersebut karena ia seharusnya bebas untuk menentukan apa yang mereka inginkan dengan bantuan psikoanalis untuk mengarahkan mencari jati dirinya. Institusi agama hanya menghalangi seseorang membentuk kepribadiannya, karena secara tidak langsung institusi tersebutlah yang akan membentuk kepribadian seseorang, dan hal tersebutlah yang hendak ditentang oleh Freud.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar