Rabu, 19 Januari 2011

Munculnya Agama Islam di Indonesia



Pada tahun 1400 C (detik-detik jatuhnya Majapahit) di pesisir pantai utara Pulau Jawa telah banyak pemeluk-pemeluk agama Islam, tahun ini dibuktikan dengan adanya tanda gambar yang tergantung di dalam masjid Demak berupa kura-kura yang disertai dengan tahun Candra Sengkala “Sirna Ilang Kerta Ning Bumi”. Sengkala yang menunjuk pada benda-benda yang diyakini memiliki lambang angka tertentu seperti sirna=0, ilang=0, kerta=4, bumi=1. Bilangan 0041 jika dibaca secara terbalik adalah 1400 yang sesuai dengan gambar yang terdapat dalam masjid Demak berupa kura-kura.

Islam masuk ke Indonesia dimulai pada zaman perdagangan pada abad 14-17 yang ditandai degan ledakan pada bidang rempah-rempah yang dibawa oleh laksamana Zheng He ( Cheng Ho ) pada zaman dinasti T’ang. Dalam berita disebutkan bahwa adanya orang-orang Ta-shih berusaha menyerang karejaan Ho’ling, tetapi membatalkan niatnya karena Ho’ling di bawah pemerintahan Rtu Sima ( tahun 674 ) masih kuat. Sebutan Tashih dalam berita itu ditafsirkan oleh para ahli sebagai orang arab.

Ada Pendapat berbeda yang di kemukakan beberapa ahli bahwa islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 karena keruntuhan Dinasti Abbasiah oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 dengan bukti adanya golongan pedagang yang beragama Hindu yaitu tepatnya golongan Brahmanalah yang melakukan upacara keagaman dan membaca buku-buku suci, dalam pengertian islam setiap Muslim adalah pendakwah dari kepercayaan yang dianutnya oleh karenanya pedagangdalam dunia islam merupakan tokoh misa agamanya. Terlihat Upacara Gerebeg Maulud adalah upacara yang diselenggarakan pada setiap bulan Maulud sehingga upacara itu dinamakan Gerebeg Maulud. Upacara Gerebeg Maulud ini dilaksanakan oleh Keraton secara besar-besaran dengan tujuan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.  

Penyebaran agama islam terdapat pada saat perdagangan yang datang ke Indonesia untuk mendapatkan hasil bumi, terutama rempah-rempah yang pada sat itu sangat laku di pasaran Eropa. Karena rempah-rempahlah maka pedangan dari berbagai negeriberlomba-lomba untuk mendapatkan monopoli perdangan di Indonesia. Adanya penyebaran agama islam tidak hanya melalui perdaganag, tetapi  juga melalui mubaigh atau guru agama islam lebih memudahkan proses Islamisasi dan lebih memperdalam pengertian tetang agama Islam yang mempunyai tanggung jawab untuk menyebarkan agama islam sampai kepelosok-pelosok.

Dimana penyebaran di sekitar Indonesia terbagi-bagi atas suatu pemimpin dari negara penjajah yaitu :
1.                  Malaka dibawah kekuasaan Portugis ( 1511 )
2.                  Manila dibawah kekuasaan Spanyol ( 1571 )
3.                  Batavia dibawah kekuasaan Belanda ( 1619 )

Semua penjajah yang telah memberi pengaruh sangat besar untuk jalan menuju negara yang modern, tetapi segi negatifnya adalah kita telah dihasut oleh para penjajah yang telah mengambil hasil sumber daya alam yang ada di Indonesia.

Sejak sebelum datangnya islam masuk didaerah ternate dan tidore belumlah mengenal mata uang dan tidak peduli terhadap tanaman cengkeh, tetapi abad 14 pertengahan islam-Jawa masuk di temapat Maluku. Mereka dapat perlahan-lahan untuk lebih mengikuti apa yang dilakukan orang Jawa, sehingga mereka beralih menjadi islam baru dan memandang orang Jawa melalui perdagangan dengan penghormatan supranatural. Sejak abad 16-17 Maluku memiliki eksport yang terpenting yaitu lada. Pada abad-abad kedatangan dana peyebaran islam, masih banyak ditemukan kelompok masyarakat Maluku yang membuat patung-patung untuk menghormati kepada nenek-moyangnya.

Tentang kedatangan islam di Jawa dapat di buktikan melalui penemuan batu nisan kubur Ftimah binti Maimun di Leran ( Gresik ) yang berangka tahun 475 H ( 1082 ) pembuktian adanya peninggalan purbakala dari abad 13 Masehi di temukan di sekitar daerah Trowulan. Adanya bukti dari berita cina yaitu seorang musafir Cina beragama islam bernama Ma Huan pada tahun 1416 yang mengunjungi Gresik, menceritakan bahwa banyak orang Muslim yang tinggal di Gresik.

v Golongan pembawa dan Penerima Islam

Dalam cerita tradisional dan sumber babad menganggap sebagai pembawa dan penyebaran agama islam d tanah Jawa ialah para Wali yaitu mereka yang memiliki keturunan Jawa. Diantaranya ada 9 orang, sehingga di sebut sebagai wali sanga. Diantaranya : 
1.      Sunan Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2.      Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3.      Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4.      Sunan Drajad juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5.      Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
6.      Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
7.      Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8.      Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9.      Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)  

Nama wali sanga merupakan perlambangan suatu dewan para wali angka sembilan sebelum kedatangan agama islam dianggap sebagai angka keramat. Saluransaluran dan cara-cara islamisasi terdapat kita jumpai perkampungan perdangan golongan muslim dari negeri asing disebut pekojan dari istilah ”khoja” yang berarti pedangan yang berfungsi sebagai tempat untuk menetap atau bertempat tinggal.
        
Cara yang dipakai para wali dalam proses penyebaran islam pertama walisongo belajar bahasa lokal, memperhatikan kebudayaan dan adat, serta kesenangan dan kebutuhan masyarakat. Lalu berusaha menarik simpati mereka. Karena masyarakat Jawa sangat menyukai kesenian, maka Walisongo menarik perhatian dengan kesenian, di antaranya dengan menciptakan tembang-tembang keislaman berbahasa Jawa, gamelan, dan pertunjukan wayang dengan lakon islami. Setelah penduduk tertarik, mereka diajak membaca syahadat, diajari wudhu’, shalat, dan sebagainya.
Walisongo sangat peka dalam beradaptasi, caranya menanamkan akidah dan syariat sangat memperhatikan kondisi masyarakat. Misalnya, kebiasaan berkumpul dan kenduri pada hari-hari tertentu setelah kematian keluarga tidak diharamkan, tapi diisi pembacaan tahlil, doa, dan sedekah. Bahkan Sunan Ampel yang dikenal sangat hati-hati menyebut shalat dengan “sembahyang” (asalnya: sembah dan hyang) dan menamai tempat ibadah dengan “langgar”, mirip kata sanggar.

Bangunan masjid dan langgar pun dibuat bercorak Jawa dengan genteng bertingkat-tingkat, bahkan masjid Kudus dilengkapi menara dan gapura bercorak Hindu. Selain itu, untuk mendidik calon-calon dai, Walisongo mendirikan pesantren-pesantren yang menurut sebagian sejarawan mirip padepokan-padepokan orang Hindu dan Budha untuk mendidik cantrik dan calon pemimpin agama.

Sunan Maulana Malik Ibrahim mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan berusaha menarik hati masyarakat yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.

 

Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang yang sering dihubungkan dengan namanya.

 

Sunan Drajad berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan.

 

Sunan Kudus banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Diantara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam.

 

Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya.


Banyaknya penduduk saat itu memiliki suatu prinsip yang begitu kuat akan agama hindu dan budha yang memiliki perbedaan kasta. Caranya dalam menganut agama islam sangatlah mudah dengan mengucapkan kalimat syahadat.
                           
Pekawinan merupakan salah satu saluran islamisasi. Sebagai contoh tentang perkawinan antara golongan pendatang dengan penduduk pribumi dapat di lihat melalui Babad Tanah Jawi yaitu perkawinan putri Campa dengan raja Brawijaya yang mengahasilakan seorang yang menjadi raja Demak bernaman Raden Patah. Dalam babad Cirebon disebutkan bahwa seorang putri Prabu Siliwangi bernama Rara Santang Kelak menikah dengan Syarif Abdullah dan berputa Syarif Hidayatullah yang di sebut sebagai  Sunan Gunung Jati. Dalam cerita lain ada seorang ulama terkenal bernama Maulana Ishakyang berhsil menyembuhkan putri raja Blambangan, menikah dengan putri tersebut dan berputra bernama Raden Paku yang di kenal sebagai Sunan Giri.

Perkembangan ilmu tasawuf merupakan alat penyampaian ajaran islam. Mereka ahli dalam soal-soal yang berbau sihir dan pandai menyembuhkn segala penyakit. Banyak diantara mereka yang menikh dengan putri dalam kelangan bngsawan, sehingga meraka dapat menggantikan kedudukan sebagai pemimpin.

Pendidikan merupakan saluran dan cara islamisasi. Contohnya pesantren pada masa dahulu yang paling terkenal yaitu pesantren  yang didirikan oleh Sunan Ampel yang berada di daerah Surabaya. Mereka datang belajr dari berbagai daerah yang mendatangkan guru-guru atau ahli agama islam untuk memberi pelajaran agama di kalangan kraton.


v Kesenian yang  Membantu Penyebaran Agama Islam

Zaman dahulu perayaan Gerebeg Maulud ini berfungsi sebagai sarana dakwah para ulama atau wali penyebaran agama Islam. Pada acara Gerebeg Maulud ini diselenggarakan suatu keramaian yang disebut dengan Sekaten (berasal dari bahasa Arab Syahadatain) sehingga menarik masyarakat untuk datang karena pada waktu itu jarang terdapat hiburan seperti sekarang. Ketika puncak acara Gerebeg Maulud diadakan pengarakan gurunungan berisi makanan dan bahan panganyang kemudian dibagikan kepada masyarakat yang datang.

Sejak dulu hingga sekarang, masyarakat percaya bahwa barang-barang tersebut mempunyai berkah atau mempengaruhi hal-hal tertentu bagi yang mendapatkannya. Sebelum dibagi-bagikan, tepatnya diperebutkan, terlebih dahulu diadakan khotbah oleh para ulama atau wali. Namun bagi generasi muda, fungsi tersebut sekarang sudah agak memudar. Mereka memandang upacara ini merupakan pelestarian kebudayaan yang diwariskan nenek moyang. Mereka sekedar mengunjungi perayaan tersebut, hanya disaat dilangsungkannya Pasar Malam. Hal ini tidak disadari oleh para kaum muda atas penyelewengan fungsi dan makna perayaan tersebut. Karena kaum muda akan memanfaatkan dengan berbelanja segala macam kebutuhan serta mendapat hiburan. Pada umumnya hanya untuk melihat keramaian dan bukan untuk ikut memperoleh berkah melalui makanan dan bahan pangan yang dibagikan.

Kaligrafi adalah seni menulis indah atau menulis sambil mencipta keindahan. Dalam seni kaligrafi, untuk menyelami keindahan visual, selain menulis suatu teks, juga diupayakan terciptanya karya seni yang bernilai estetis. Karenanya, kaligrafi amat berbeda dengan tulisan naskah biasa. Di samping itu, unsur harmonisme dalam seni kaligrafi Islam memiliki peran sebagai  mengharmoniskan antara bentuk dan makna yang dipadukan dengan keindahan visual yang terdapat dalam seni kaligrafi Islam ini merupakan media untuk mengungkap makna yang beragam dan mendalam.
           
Di kalangan masyarakat yang memeluk agama Islam, kaligrafi dianggap sebagai jelmaan spiritualitas dan seni. Bahkan sebagian mempercayai bahwa sucinya tulisan bersumber dari hati yang suci pula. Sejarah tulisan di dunia Islam dimulai lewat penulisan Al-Quran dengan menggunakan aksara Arab gaya kufi yang ditulis di atas lembaran-lembaran kulit. Aksara Arab ditulis dari kanan ke kiri dan tidak memiliki tanda baca yang seperti titik dan harakat. Aksara Arab gaya kufi ini sempat bertahan selama beberapa abad. Namun aksara tersebut dirasa memiliki kekurangan, maka diciptakanlah ragam aksara Arab dengan format lain yang lebih sempurna, sesuai dengan selera dan jiwa seni para kaligrafer muslim. Seni kaligrafi Islam berkembang pesat tidak hanya untuk keperluan tulis menulis, tapi juga sebagai media seni arsitektur, keramik, tekstil, bahkan menghiasi dinding nisan atau Masjid, dsb. Penilaian tulisan dan kaligrafi di mata masyarakat muslim begitu berharganya sehingga peran huruf dalam mengandung makna, pelafalan, komposisi huruf, dan mencipta kalimat merupakan sejumlah tema yang menjadi bahan penelitian para ilmuan karena terkait bagian yang mendasar dari seluruh bangunan budaya dunia Islam adalah seni kaligrafi. Walaupun kaligrafi tergolong sebagai seni tradisional, namun di masa sekarang pun kaligrafi ini masih dipandang atau dianggap sebagai refleksi kebudayaan Islam yang tidak terbatas pada masa tertentu.                   
Aplikasi seni kaligrafi di Indonesia sekarang, penggunaan kaligrafi tidak hanya terdapat dalam lintas di lingkungan arsitektur, seperti dinding nisan atau Masjid saja, namun desain poster, sampul buku, iklan film dan komoditas lainya menjadikan seni menulis indah ini makin diperhatian oleh masyarakat Indonesia. Karena beragam seni yang berkaitan erat dengan desain dan gambar, memiliki hubungan yang erat pula dengan tulisan.

Seni wayang yang dipopulerkan oleh para wali dan sampai sekarang masih bisa kita nikmati dan mengetahui kilas balik para wali mengembangkan Islam dengan cerita-cerita rakyat yang bisa menarik perhatian dan minat masyarakat yang akhirnya mau untuk memeluk islam.

Seni musik yang berupa gamelan dan syair-syair seperti tembang macapat, dandhang gulo yang menggambarkan penyampaian para wali yang eksplisit.

            Berbeda dengan teater jaman sekarang, salah satunya teater yang terdapat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga ini yakni GAPUS atau biasa disebut dengan istilah Pakar Sajen. Teater yang diiringi oleh alunan musik gamelan ini dapat dilihat dari penampilan kegiatannya, telah mengalir dalam diri teater Gapus sendiri, yakni tidak adanya perwujudan atas rangka penyebaran  agama atau syiar agama. Bahkan dikatakan kegiatannya ini dengan tujuan menyediakan muda-mudi untuk mengapresiasikan jiwa seninya melalui teater serta sebagai lahan melestarikan kebudayaan Indonesia.
           
Teater Gapus ini juga dapat dilihat dengan cara berpakaian serta dalam pendekorasian panggung yang berbau dengan kegelapan, padahal muslim itu selalu mengajarkan kebersihan.

Keadaan masyarakat pada masa kedatangan islam juga dapat dilihat dari struktur sosial-ekonomi dan budaya kedaerahan agak lebih murni daripada sekitar daerah pantai yang lebih terbuka untuk memberikan pengaruh dari luar.  

            Berdakwah merupakan seni budaya yang di bawah oleh para wali melalui wayang beber yang di ubah menjadi wayang kulit. Perubahan ini di karenakan pemuka agama islam menurut dalam wayang beber yang dapat pengaruh dalam unsur-unsur kemusyrikan. Dalam agama Islam penggambaran suatu tokoh mempunyai tiga macam hukum mengenai gambar-gambar, yaitu gambar-gambar yang menerangkan pelajaran hiasan rumah. Sedangkan hukumnya makruh ialah gambar-gambar yang melanggar kesusilaan seperti gambar telanjang. Hukumnya musryik yaitu gambar-gambar yang memicu pemujaan, yang bisa mengurangi iman kepada Allah.
           
            Menurut Syekh Tantowi Jauhari, menyimpulkan gambar sejenis pemandangan, taman-tamanan, bukit, air, rumah, dll para ulama diperbolehkan.patung manusia atau hewan yang mempunyai bayangan lengkap, misalnya dimasuki ruh dapat  hidup, hukumnya haram menurut hadist. Menurut Hadis Hasan riwayat dari sahabat Zaid bin Khalid, hukum gambar menjadi wajib apabila digunakan untuk menjelaskan bab-bab ilmiah, misalnya ilmu kesehatan dan ilmu lain. Pada pokoknya yang menjadi larangan Islam ialah gambar-gambar yang dipuja-puja yang dianggap sebagai Tuhan. Oleh sebab itu, wayang menggambarkan bayangan orang-orang yang perlu diperingati sifat wujud dan riwayat hidupnya untuk dijadikan teladan yang baik.

            Salah satu untuk mencegah perbuatan itu, yaitu dengan kecintaan kita kepada kebudayaan sendiri, dengan kepribadian yang kuat, kita tidak mudah tergoyahkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar yang bertentangan dengan kepribadian bangsa dan berbekal harga diri dan martabat bangsa sendiri tetap terjaga.

Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.

1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam,istana.

Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar diatas memiliki ciri sebagai berikut:
a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin   kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5 Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.

Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat
pada bangunan makam. Duwur berikut ini.
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,     nisannya juga terbuat dari batu.
c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan
biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid
makam Sendang Duwur di atas tersebut.

Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam. ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
Ukiran ataupun hiasan seperti pada gambar diatas, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang.

Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab.
Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran. Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
            Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul)
dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.

Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk  Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa

v  Perkembangan Agama Islam

Dalam dunia islam ada 4 mazhab : 
1.                  Madzhab Hanafi adalah madzhab yang juga dinamakan kepada Imam Abu Hanifah beliau Nuiman bin Sabit Al Kufy yang terkenal sebagai seorang ahli Fiqih dan ahli Pikir. Beliau dalam menentukan suatu hukum agama dengan menggunkan dalil atau hujjah yang kuat dan menggunakan metode atau cara diakusi kelompokan  dengan sistem pemecahan masalah.
Teknik pengajarannya dengan mengumpulkan mahasiswa di masjid uantuk menyampaikan masalah hukum kepada mahasiswa mengamati dan mempelajari dengan seksama, lalu beliau mempersilahkan mahasiswa untuk berpendapat menyampaikan ide-idenya, barulah Abu Hanifah mengupasnya dengan menyampaikan pemikiran beliau tentang hukum tersebut.
2.                  Madzhab Maliki memiliki fatwa Imam Maliki bin Anas yaitu : 
a.                   perhatikan pendapatnya, karena dia mengetahui isi semua Al- Qur’an dan Hadits, jika tidak sama maka tinggalkanlah 
b.                  beliau tidak suka menggunakan ra’yu, karena beliau sudah menguasai Al-Qur’an 
c.                   metode pengajaran dengan berceramah/.
3.                  Madzhab syafi’i dengan dibawa oleh Abu Abdillah M. Bin idris Asy Syafi’i dengan fatwa yaitu : 
a.                   apa yang dikatakan tidak syah maka engkau utamakan yang dikatakan nabi Muhammad SAW. 
b.                  Beliau berhati-hati dalam mengistimbat hukum islam  
4.                  Madzhab Hambali yang di bawa oleh Imam Ahmad bin Hambal bin hilal Asy syaihani dengan fatwanya yaitu :  jangan taqlid kapadanya imim maliki, auza’i, ats tsaury, tetapi ambillah hukum dari mana mereka ambil sumbernya. 
Dari 4 mazhab diatas yang paling terkenal yaitu pengaruh hingga masa kini yaitu Syafi’i karena mazhab ini mudah di terima oleh bangsa Indonesia dan mudah dalam menyesuaikan syariat dengan adat kebiasaan yaitu dititik beratkan pda kelima Rukun Islam : syahadat, sholat, zakat , puasa dan haji. Selain kelima dasar agama islam juga mengandung mengatur maslah peraturan perkawinan, kekeluargaan, warisan, perdagangan, dan kegiatan-kegiatan politik.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar