Rabu, 19 Januari 2011

HELENISME-by ezand mahasiswa SAAT 2009


I.                   Latar Belakang terbentuknya Helenisme
Helenisme adalah kebudayaan yunani yang mencapai puncak tertingginya di Athena pada abab ke 5 SM. Kebudayaan memberi ciri khusus pada seni, perdagangan, dan gaya berpikir di daratan yunani sesuai dengan pengaruh Athena. Helenis adalah perkembangan lebih lanjut dari kebudayaan yunani di antara penduduk yang berdiam di pesisir timur laut tengah, kemudian memantulkan kebudayaan yang telah dimulai di Athena oleh tentara-tentara aleksander agung, gaya hidup yunani ini didawa jauh sampai ke India. Helenisme bertahan cukup lama di mesir, palestina, asia kecil, dan Persia serta mempengaruhi agama, pemerintah, bahasa, dan dunia seni bangsa2 tsb.[1]

Helenis terbentuk diawali dari keberadaan Alexander Agung yang mendirikan suatu kerajaan besar meliputi kawasan Yunani dan sebagian kerajaan Timur. Kerajaan tersebut terdiri dari banyak kota yang juga mempunyai kebudayaan berbeda di masing-masing kotanya. Dari masing-masing kebudayaan tersebut, Alexander Agung membentuk sebuah kebudayaan baru yang mendominasi serta menggabungkan kebudayaan-kebudayaan tersebut menjadi satu budaya bernama helenisme. Helenisme berasal dari kata Hellas dari bahasa Yunani. Helenisme oleh beberapa ahli disebutkan sebagai penanda waktu antara perkembangan kekuasaan Alexander Agung hingga perkembangan kepercayaan Kristen. Helenisme dimulai oleh aleksander agung (356-323sM) salah seorang penguasa yang pertama mendirikan kerajaan dunia. Ia hanyalah putra seorang penguasa daerah yang tidak terkenal di makedonia. Aleksander ini cepat sekali termansyur oleh kebriliannya dan menjadikan dirinya kaisar tanpa tandingan diseluruh dunia yang di kenal oleh orang-orang yang mendiami negara-negara di sekitar laut tengah.[2] Aleksander meninggal pada usia 33 tahun, hanya sepuluh tahun setelah ia berhasil menaklukkan persia dan kerajaannya terbentang dari yunani di sebelah barat sampai ke Pakistan di sebelah timur. Setelah kematiannya kerjaanya tidak bertahan lama. Banyak tejadi pertikaian di anatara panglimanya, sehingga wilayah-wilayah dibagi-bagi. Hampir tigaratus tahun kemudian wilayah-wilaya itu dipersatukan kembali ketika oktafianus dari roma (63sM-14M) akhirnya menaklukan wilayah laut tengah bagia timur dan menjadikannya dari kerajaan sendiri. Oktavianus sendiri adalah seorang yang begitu brilian pada zamannya. Oleh keberhasilannya itu kemabali menyataukan budaya yang luas di antara Negara-negara yang ditaklukannya. Walaupun ada beraneka ragam dengan sendirinya tersebarlah budaya helenis
 Ketika Alexander Agung meninggal, kesatuan politik kerajaan mulai pecah, namun kebudayaan helenisme ini juga mulai tersebar, bukan hanya di kawasan Yunani namun juga ke seluruh wilayah yang ditaklukkan oleh Alexander Agung. Di daerah Mediterania, kebudayaan ini sangat menonjol namun di kawasan Palestina, kebudayaan ini mendapatkan perlawanan keras dari penduduk disana, walaupun akhirnya penduduk Palestina menerima karena dipaksa atau melalui tindak kekerasan. Helenisme mempunyai ciri khas yang kuat terhadap kekuasaan politik yang akhirnya mengarah pada suatu perluasan perdagangan. Tidak hanya itu saja, Helenis berpengaruh besar terhadap seluruh aspek seperti pendidikan, agama, kesenian,dll.
Alexander Agung menginginkan proses penyebaran helenisme berlangsung secara damai. Namun pada kenyataannya penyebaran budaya helenis melalui beberapa aspek kekuasaan juga dilakukan dengan kekerasan. Contohnya, rumah ibadah Yahudi di Sumeria diganti fungsinya menjadi tempat pemujaan Dewa Zeus. Kemudian paham helenisme ini juga mengidentifikasi para dewa seperti Dewa Zeus sama dengan Yupiter Romawi, yang disebut juga Amon Mesir. Begitu juga dengan filsafat dan kesenian yang berpengaruh besar terhadap jaman ini. Penyebaran helenisme ini tidak hanya dilakukan di daerah Mediterania namun juga ke daerah-daerah jajahan seperti Mesir, Palestina, Asia kecil dan Persia, dibawa oleh pasukan-pasukan Alexander Agung. Hingga sekarang helenisme mempunyai pengaruh terhadap agama, pemerintahan, bahasa dan kesenian mereka.

II.                Perkembangan Helenisme
Helenisme membawa pengaruh besar terhadap segala aspek. Dunia filsafat yang saat itu menjadi hal penting dalam sebuah pemerintahan mempunyai andil yang cukup besar terhadap perkembagan helenisme. Para ahli sejarah membagi waktu perkembangan helenis menjadi 2 bagian yaitu masa etik dan masa religi. Pada masa etik, terdapat tiga sekolah yang saat itu memegang peranan utama dalam perkembangan filsafat di masa helenis, yaitu epikureisme, stoa dan skeptis.
Epikureisme, berasal dari kata Epikuros salah seorang filosof yang menganut paham atheis. Epikuros mendirikan sekolah filsafat baru di Athena. Baginya filsafat terdiri dari 3 bagian yaitu logika yang disebut dengan kanonika, fisika dan etik. Ketiga bagian tersebut merujuk pada membebaskan manusia dari ketakutan agama. Menurut Epikuros, kebenaran hanya dapat dicapai dengan memandang dan mengalami. Karena ia menganut paham atheis, maka bagi dia alam ini ada karena tersusun oleh atom-atom bukan dewa-dewa seperti yang mereka sembah, intinya Epikuros tidak mempercayai keberadaan Tuhan di dunia ini.
Stoa, didirikan oleh Zeno, yang mempunyai tujuan utama untuk menyempurnakan moral manusia sehingga dapat hidup bijaksana dan seimbang dengan alam. Sama halnya dengan Epikuros, ia menyebut 3 bagian dari filsafat adalah logika, fisika, etik. Dalam logika, ia menyebutkan criteria dari kebenaran, yaitu memandang dengan terang dan tajam. Ia menganggap suatu barang yang kelihatan adalah suatu yang nyata, sebuah realita. Fisika, memberikan pelajaran tentang alam dan teologi. Etik, mengajarkan bagaimana mencari dasar-dasar umum untuk bertindak dan hidup yang tepat. Etik didasarkan pada kemerdekaan moril seseorang.
Skeptis, sekolah ini mengajarkan tentang ketidakpastian atau keragu-raguan mengenai kebenaran. Sekolah ini terbagi menjadi 2 aliran skeptic pyrrhon dan skeptic academia. Skeptic pyrrhon mengajarkan bahwa kebenaran tidak dapat diduga terhadap sesuatu yang dikatakan orang benar. Skeptic academia mengajarkan dogma-dogma mengenai kemungkinan, kriteria dari kebenaran tidak dapat diperoleh dari pikiran manusia.
Masa religi, pada masa helenisme, pemeritah mencoba mengganti agama rakyat dengan sesuatu ajaran yang lebih rasional untuk keperluan hidup. Jika Epikuros berpikir bahwa agama adalah penghalang untuk mencapai kesenangan hidup, stoa mengajarkan manusia hendaknya menurut pada hukum alam untuk mencapai kesenangan hidup dan skeptic yang mengungkapkan sangsi atau toeri kemungkinan bahwa manusia dapat memperoleh kebenaran, maka dalam masa ini lebih menekankan atau percaya kepada hal-hal mistik yang hanya bisa diperoleh melalui jiwa yang murni dan pengabdian. Tiga aliran yang membelokkan alam pikiran Yunani adalah Neo-pythagoras, Philon dari Alexandria dan Neo-platonisme.
Neo-pythagoras mendidik kebatinan dengan belajar menyucikan roh. Menurut ajaran ini, Tuhan dan manusia mempunyai hubungan yang jauh. Tuhan tidak dapat “diraih” dengan menggunakan sajen tetapi dengan semangat. Neo-pythagoras juga mempercayai dan menciptakan tentang yang kita sebut dengan inkarnasi, kepercayaan ini timbul karena bagi mereka jiwa itu hidup selama-lamanya hanya berpindah secara turun temurun.
Philon Alexandria, mempunyai pokok pandangan tentang hubungan manusia dnegna Tuhan. Karena Tuhan berada di tempat yang maha tinggi, manusia hanya dapat menjumpai Tuhan lewat kata-kata, tulisan dalam kitab-kitab dan sejarah. Tuhan dapat mengetahui manusia, tetapi manusia tidak dapat menjumpai Tuhan namun Tuhan dapat dimengerti oleh manusia. Neo-platonisme, berawal dari dibangunnya kembali filsafat Plato, namun dipengaruhi oleh mazhab stoa dan Aristoteles. Paham ini mengajarkan bahwa ada sesuatu yang sempurna lebih dari yang ada di dunia yang disebut dengan “yang satu”.
Dua masa diatas terbentuk karena keadaan pemerintahan yang ada disana. Helenisme lebih menekankan perkembangan filsafat mereka kepada masa etik dimana tiga sekolah epikureisme, stoa dan skeptic diakui dan membawa pengaruh besar terhadap helenisme. Pada saat Alexander Agung meninggal dan tahtanya diwariskan kepada Anthiokus, helenisme masih tetap disebarkan, bahkan dengan menggunakan kekerasan kepada rakyat, terutama di Yerusalem.
Filosofi yang dikembangkan oleh helenisme dengan kekerasan agaknya tidak mencapai tujuannya, yaitu mencapai kesenangan hidup. Adanya kekerasan membuat rakyat berada dalam keadaan tidak merdeka. Oleh karena itu muncullah filosofi atau kepercayaan baru yang dikenal dengan masa religi dengan tiga pokok ajaran dari Neo-pythagoras, Philon Alexandria dan Neo-platonisme.


III.             Pengaruh Helenisme dalam Perjanjian Baru

Perkembangan penyebaran ajaran Kristen sebenarnya telah berlangsung sebelum helenisme tercipta. Setelah Yesus mati dan naik ke surga, Ia memberikan amanat agung kepada para muridNya untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh dunia. Pada waktu helenisme tercipta, ajaran Kristen baru saja memasuki kawasan Mediterania. Alexandria merupakan kota pusat berkembangnya filsafat sebagai salah satu karya kebudayaan helenisme. Di kota tersebut terdapat banyak komunitas termasuk komunitas Yahudi yang telah mengalami perserakan baik bangsa maupun kebudayaannya, yang dikenal dengan sebutan diaspora.
Kebanyakan kaum Yahudi merespon secara positif tentang paham helenis, hal ini terbukti dengan banyaknya kaum Yahudi yang menggunakan bahasa Yunani dalam berbicara. Bahkan kala itu, Perjanjian Lama dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang disebut dengan Septuaginta. Septuaginta terbentuk berawal dari sebuah keluarga Yahudi, Ptolemeus yang menerjemahkan Kitab suci Ibrani ke dalam Yunani. Septuaginta digunakan untuk menjembatani kosakata Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Orang-orang Yahudi kala itu menggunakan septuaginta untuk menyebarkan ajaran Kristen. Cara yang mereka gunakan sederhana, bercerita kepada tetangga kiri dan kanannya serta teman-temannya yang bukan orang Yahudi tentang ajaran Kristen menggunakan bahasa septuaginta. Septuaginta dalam hal ini dipakai untuk membantu meyakinkan orang-orang Yunani bahwa Allah-lah yang menjadi satu-satunya Allah yang benar. Sama seperti Filo seorang pengarang Yahudi terkemuka di jaman itu, menggunakan septuaginta dalam bahasa Yunani dengan sedikit memasukkan unsure helenisme ke dalam tulisannya. Ia mengatakan bahwa Allah Israel adalah Allah para filsuf, ia menyamakan ajaran kitab suci orang ibrani dengan filsafat Yunani.
Tidak hanya Filo, semua kaum Yahudi yang telah menerima ajaran Kristen terpacu untuk menyebarkannya dengan berbagai cara, termasuk aksi pembagian bantuan. Anggapan masyarakat di waktu itu, kaum Yahudi terpecah menjadi 2 kelompok, yaitu orang Yahudi atau Kristen Helenis dan orang-orang Yahudi biasa. Namun dalam perjanjian baru, penyebaran Kristen dianggap dilakukan oleh kaum Kristen helenis. Sempat terjadi kericuhan pada saat pembagian bantuan, namun para rasul mengatasi hal ini dengan menunjuk seorang yang bernama Stefanus dari kaum Kristen Helenis untuk mengawasi pembagian bantuan.
Adalah rasul Paulus yang menyebarkan ajaran Kristen di Mediterania. Paulus berasal dari daerah Tarsus, oleh karenanya ia telah lama mengerti hikmat-hikmat Yunani sehingga ia memakai filsafat-filsafat atau pemikiran-pemikiran Yunani dalam menyebarkan ajaran Kristen. William M Ramsay seorang ahli sastra mengatakan bahwa helenisme yang ada dalam diri Paulus adalah sebagai alat penyampai ajaran Kristen, namun ia tidak pernah terpengaruh oleh helenisme. Itu terbukti dari semua tulisan-tulisan yang ia ciptakan dengan kata-kata dan pemikiran Yunani namun mempunyai maksud memberitakan Kristus.
Paulus telah menulis setidaknya tiga belas surat ke berbagai wilayah untuk membimbing jemaat di sepanjang Mediterania, Timur Tengah dan Asia Kecil, dan surat-surat inilah yang masuk dalam kitab Perjanjian Baru. Ia berusaha menyampaikan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah, dengan menggunakan filsafat Yunani, misalnya tentang bagaimana Kristus mempersatukan orang bukan Yahudi dan orang Yahudi dalam “satu manusia baru” yang dapat bersekutu dengan Allah (Efesus 2 : 15). Pernyataan-pernyataan seperti inilah yang membuat orang-orang Yunani berpikir dan mencernanya.
Proses penyebaran ajaran Kristen tidak semulus yang dibayangkan. Orang-orang besar atau penguasa-penguasa Yunani kala itu tidak ingin ajaran Kristen meresap dalam kehidupan rakyatnya, namun helenisme lah yang harus diserap. Antiokhus IV yang mewarisi tahta Alexander Agung setelah ia meninggal melakukan banyak tindakan kekerasan untuk memaksa menerima helenisme dalam hidup rakyatnya. Bait Allah yang kala itu ada diubah menjadi kuil pemujaan dewa, dll. Sehingga dalam waktu ini terjadi pertentangan keras antara penguasa dengan rakyat terutama di Yerusalem.
Ajaran-ajaran helenisme lainnya yang berpengaruh terhadap Perjanjian Baru dalam penyebaran injil atau ajaran Kristen yaitu :
1.      Adanya pemahaman bahwa Raja merupakan wakil Tuhan di dunia,
Keraguan orang-orang Yunani pada waktu penyebaran Kristen dilakukan adalah tulisan mengenai Yesus yang mengklaim diriNya adalah Raja. Dituliskan di Alkitab, Ia disebut sebagai raja orang Yahudi. Padahal di waktu-waktu itu Yesus bukan hidup di istana melainkan dikisahkan adalah manusia biasa bukan Raja
2.      Adanya paham dari sekolah masa etik tentang kebenaran dan filosofi religi dileburkan ke dalam ajaran perjanjian baru.
3.      Kedudukan seorang raja di jaman ini harus tunduk kepada hukum dan adat istiadat, namun ajaran Kristen mengenai keberadaan Yesus sebagai Raja orang Yahudi dianggap menyalahi adat dan meniadakan hukum taurat.
4.      Pikiran orang – orang Yunani pada waktu itu adalah bagaimana mencapai kesenangan hidup, namun keadaan yang terjadi bukanlah kesenangan yang didapatkan tetapi malah dibelenggu dengan kata lain banyak yang diperbudak. Oleh karena itu ketika ajaran Kristen menjanjikan bahwa Yesus-lah yang akan memerdekakan mereka, jika mereka mau menganut ajaran tersebut.
5.      Bentuk-bentuk bangunan Romawi dan tempat ibadah dijaman Perjanjian Baru juga dipengaruhi oleh arsitektur paham helenis.

IV.  Kesimpulan
Mulai dari terciptanya helenis hingga perkembangannya, helenis membawa dampak besar terhadap kehidupan kala itu. Tidak hanya dunia politik dan filsafat saja, namun kesenian hingga kehidupan orang-orang Yunani mulai meresapi paham ini. Begitu juga dengan penyebaran ajaran Kristen di daerah tersebut. Helenisme berpengaruh besar terhadap penyebaran ajaran tersebut. Paulus memakai filsafat dan filosofi maupun alegori Yunani dan Helenis untuk mempersuasi orang-orang Yunani dalam menceritakan Yesus.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh ajaran-ajaran helenisme merupakan kesempatan Paulus untuk menyebarkan ajran Kristen. Seperti Janji bahwa Yesus akan memerdekakan umatNya yang percaya, dengan keadaan saat itu dimana orang-orang Yunani maupun Yahudi yang belum percaya merasa dikekang dan sedang mengalami perbudakan. Walaupun mendapat tekanan dan kecaman dari penguasa Mediterania yang saat itu berkuasa, ajaran Kristen terus dilakukan dan berkembang seperti sekarang.







Bertens. 1975. Sejarah Filsafat Yunani. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Hatta, Muhamad. 1975, Alam Pikiran Yunani, Tirtamas, Jakarta.
Rowe. & Schofield. 2001. Sejarah Pemikiran Politik Yunani dan Romawi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Drane,John. 2006. Memahami Perjanjian Baru. BPK Gunung Mulia, Jakarta





[1] J.I. Packer, dkk. Dunia perjanjian baru. Malang: Gandum Mas, 2004
[2] John Drane. Memahami perjanjian baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar